"Dua malam lalu harimau masuk ladang kami" sambil menenangkan anjing-anjingnya, Rasyid bercerita. "Malam itu anjing-anjing kami terus menggonggong, tapi tak berani bergerak apalagi mengejar. Saya memantau dari atas pondok, ternyata seekor harimau masuk kebun kami."
"Dari arah mana datangnya harimau tersebut Pak, masih ada jejaknya kah?" aku ingin memastiakan apakah yang dibilang Rasyid itu fakta atau hoax.
Rasyid pun mengajak kami berjalan ke arah tepi ladang yang berbatasan dengan hutan tak jauh dari pondoknya. Ia menunjukan beberapa tapak sesuatu diatas tanah yang tak lagi jelas bentuknya. Sampai pada suatu titik ia berseru.
"Nah ini cukup jelas jejaknya, bekas jari-jarinya masih jelas" serunya menunjuk sebuah jejak yang memiliki bentuk cukup jelas.
Ketika aku bandingkan jejak tersebut dengan korek api gas, ukurannya sepertinya tidak terlalu besar. Dan Rasyid mengamini pendapatku.
"Iya, ukurannya tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat bulu kudukku bergidik, dan beberapa hari terakhir tak berani datang kesini" kata Rasyid.
Menurut Rasyid, pada waktu-waktu tertentu harimau sering masuk ke ladang warga, namun tidak sampai mengganggu atau merusak kebun. Kalau tahu ada harimau masuk ladang, para petani sekitar biasa menghentikan aktivitas di ladang tersebut beberapa hari, sampai suasana kira-kira tenang.
"Mungkin sekitar tiga ekor lagi harimau yang ada di Gunung Masurau, yang masih banyak harimau di Gunung Sumbing dan Gunung Nilo" ujar Rasyid bercerita berdasarkan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat sekitar.
Ngomong-ngomong soal harimau, saya jadi teringat cerita Om Yoan Sekretaris Komunitas Chevy Spin Jambi yang memang pakar harimau dan ahli biodiversity. Malam ini itu saat istirahat touring ke Kaki Gunung Kerinci, Om Yoal cerita banyak soal harimau kepada Om-om anggota komunitas.Â
Menurutnya, harimau itu biasa jalan sendiri-sendiri, kecuali harimau yang sedang beranak, kalau jalan-jalan ia bawa keluarga, kayak touringnya anggota Komunitas Chevy Spin.Â