2) Sekolah. Stress yang berkaitan dengan sekolah mencakup dua, (1) tekanan akademik (pengaruh lingkungan sekolah, seperti cara guru mengajar, tugas, mata pelajar, manajemen waktu, dan ujian) dan (2) tekanan sebaya (konflik, persainagn, diterima atau ditolak kelompok sebaya, atau lawan jenis)
3) Lingkungan fisik. Hal ini berkaitan dengan kondisi alam dan sekitarnya yang membuat siswa tidak nyaman dan stress. Misalnya cuaca yang panas, membuat anak tidak dapat belajar dengan nyaman, keramaian, atau lingkungan yang padat dan sesak sehingga anak tidak bias berkonsentrasi belajar.
Prestasi akademik merupakan hasil dari proses pembelajaran bidang akademik yang menggambarkan kemampuan dan kinerja siswa dalam menerima materi termasuk di dalamnya aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Prestasi akademik diserahkan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dan dibuktikan dengan nilai. Prestasi akademik dianggap sebagai hasil dari kegiatan belajar yang bertujuan untuk meninjau pemahaman individu mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya dan mengetahui tingkat keberhasilan yang mampu diraih oleh individu tersebut (Maslihah, 2011).
Mardjohan (dalam Fasikhah & Fatimah, 2013) mengatakan bahwa prestasi akademik merupakan parameter penting yang dapat memperlihatkan penguasaan individu mengenai materi pengetahuan maupun keterampilan yang telah diterangkan dengan baik. Prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: a. Karakteristik siswa. Penelitian menyebutkan bahwa karakteristik seseorang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Berdasarkan karakteristik yang dinilai, ditemukan skor tertinggi pada ketelitian dan kesadaran sedangkan skor rendah pada neurotisme. Hal ini menunjukan bahwa ketelitian dan kesadaran memiliki hubungan dengan prestasi akademik (Catur et al., 2018). b. Gaya hidup. Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara prestasi akademik yang baik dengan durasi tidur 6-9 jam. Selain itu ditemukan bahwa peserta didik yang memiliki waktu tidur sebanyak 6-7 jam per malam rata-rata memiliki nilai tertinggi daripada peserta didik yang tidur lebih lama atau lebih singkat dari 6-7 jam per malam. Hal ini berkaitan dengan efek memori yang lebih menguntungkan dari tidur dan efek memori yang kuat dari kekurangan tidur untuk memori jangka panjang (Catur et al., 2018). Â c. Rutinitas belajar. Beberapa penelitian mengungkapkan hubungan antara rutinitas belajar dengan prestasi akademik siswa. Ditemukan keterkaitan antara manajemen waktu yang buruk dengan prestasi akademik yang menurun. Hal ini bersangkutan dengan banyaknya siswa yang lebih mengandalkan menit-menit terakhir ketika menghadapi ujian (Catur et al., 2018). Â d. Dorongan belajar siswa untuk berprestasi. Dorongan untuk berprestasi merupakan kecenderungan siswa bertingkah laku dengan cara tertentu dan menilai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi mereka. Tingkah laku yang mncerminkan motivasi tinggi yaitu mengerjakan tugas yang sulit dan bekerja keras dalam belajar. (Catur et al., 2018). e. Sosial ekonomi. Penelitian menyebutkan bahwa sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap prestasi akademik. Ditemukan adanya hubungan positif yang kuat. Hubungan positif yang kuat artinya semakin baik latar belakang sosial siswa, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh. (Catur et al., 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H