FDL merupakan singkatan dari Flipped-Differentiated Learning, suatu pembelajaran terbalik dan  berdiferensiasi yang memiliki dua bagian besar kegiatan yang saling terhubung membentuk suatu sintaks pembelajaran, kegiatan di luar dan di dalam kelas.
FDL merupakan pendekatan pembelajaran inovatif yang memanfaatkan teknologi untuk membalik proses belajar tradisional. Siswa diharapkan untuk belajar mandiri di rumah melalui video atau bahan ajar lainnya sebelum pertemuan di kelas, sementara waktu di kelas digunakan untuk memperdalam pemahaman melalui diskusi, proyek, atau kegiatan interaktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan terpusat pada kebutuhan peserta didik (Student Centered).
FDL menjadi pembelajaran yang tetap 'eksis' sekalipun adanya perubahan kurikulum. Apapun kurikulumnya  pendekatan  dalam  pembelajaran  menjadi kunci keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar.
Pembelajaran di SMA Katolik Santo Fransisus Assisi Samarinda, kita sudah menerapkan FDL tentunya atas arahan dari Kepala Sekolah dan juga  seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan keterampilan abad ke-21, pendekatan pembelajaran konvensional semakin dirasa kurang relevan untuk mempersiapkan generasi masa depan. Di Indonesia, guru dan lembaga pendidikan mulai merasakan kebutuhan akan metode yang lebih adaptif dan mendukung kemandirian belajar siswa. Flipped-Differentiated Learning mampu eksis karena menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan interaktif.
Proses kegiatan  pembelajaran Pendidikan agama katolik di sekolah di mulai dari kegiatan di luar bermula dari pemberian asesmen diagnostic yang segera di kirimkan melalui whatshap,  setelah mendapat hasilnya, selanjutnya penentuan kelompok, perancangan materi berdiferensiasi, pemberian tugas kepada siswa untuk belajar secara mandiri. Dalam model ini, siswa mempelajari materi pelajaran terlebih dahulu melalui media digital seperti video, modul, yag diberikan oleh guru sebelum pertemuan kelas. Agar pembelajaran di luar kelas berjalan efektif, guru perlu memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana siswa harus mempelajari materi yang disediakan. Sebagai contoh, guru dapat memberikan daftar pertanyaan panduan atau poin-poin penting yang harus diperhatikan siswa saat menonton video atau membaca.
Waktu di kelas digunakan untuk aktivitas yang lebih aktif, seperti diskusi, pemecahan masalah, projek dan eksperimen yang melibatkan interaksi langsung antara siswa dan guru. Dilanjutkan dengan kegiatan kelas siswa akan masuk dalam kelompok sesuai kesiapan belajar siswa setelah itu penyajian hasil kerja siswa, kesimpulan, asesmen formatif/sumatif, dan diakhiri dengan refleksi.
Pembelajaran FDL ini tetap eksis juga karena  dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Dengan memberikan mereka kebebasan untuk belajar di rumah, siswa merasa lebih terlibat dan memiliki kontrol atas pembelajaran mereka. Hal ini mendorong rasa ingin tahu dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Pembelajaran ini  memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan mereka masing-masing. Siswa yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami materi dapat mengulang video atau membaca ulang materi, sedangkan siswa yang lebih cepat dapat melanjutkan ke topik berikutnya. Waktu Kelas yang Lebih Efisien. Dengan memindahkan pengajaran dasar ke luar kelas, waktu di dalam kelas dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih mendalam, seperti proyek kelompok, diskusi, dan penerapan konsep yang lebih kompleks. Hal ini membantu siswa untuk lebih memahami dan mengaplikasikan materi yang telah mereka pelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H