Mohon tunggu...
Fredi Kastama
Fredi Kastama Mohon Tunggu... -

kelihatannya nggak ada yang istimewa dari pemuda kampung macam saya ini...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Edelweis yang terbuang dan terlupakan

10 Maret 2011   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299772803895660737

Edelweis (Anaphalis javanica) bunga yang hanya tumbuh pada tanah yang tak mudah didaki. Ia tumbuh sebagai endemic bunga asli tanah Indonesia..Edelweis bunga ajaib.. bunga yang hanya tumbuh dan mekar di puncak-puncak gunung, bukan di dalam pot bunga dekat ruang tamu.

Edelweis adalah Bunga yang atas Nama Cinta Tuhannya, hidup dan berkembang di tempat yang sunyi namun abadi. Ia mungkin hanya rerumputan di padang gunung. Rumput yang tak memberi warna apapun, yang tak seharum melati, pun tak indah seperti mawar. Ia hidup dengan ala dirinya. Ia ada di tengah padang yang tak lazimnya bunga lain, ia hidup tidak dari melimpahnya sumber air dan tanah yang mudah kering. Ia hidup dari kemampuan adaptasi, ia keras dan mengkeraskan diri agar ia mampu tumbuh dan berkembang. Tumbuh bukan untuk mewangian, namun untuk sebuah keindahan dan hikmah bagi orang-orang yang berfikir.

Edelweis memang bukan bunga istimewa yang di sukai semua orang. Tapi ia senantiasa dicari para pendaki. Aku yakin bukan harumnya Edelweiss yang dicari, dipetik dan dijaga, tapi yang dicari sang pendaki adalah karena ia bunga yang mampu menjaga dirinya dengan segenap nilai-nilai kesakralannya. inilah yang menjadi kebanggaan para pendaki tatkala pendakian berhasil. Dan ia simbol dari sang juara.

Edelweis yang abadi...itu dirimu... Kau seolah tak sudi untuk mudah mati, meski kau tercerabut dari sumber kehidupan mu.. tapi kau masih berkenan untuk memberontak pada mereka yang berjiwa tergadai, mencerabut dan menghempaskanmu pada lapak-lapak tepian lembah… kau justru menunjukan bahwa tak semudah itu dirimu untuk mati. Kau akan mati jika memang ketentuan Tuhan menorehkan tinta kematian atas dirimu..

Edelweis.., kau tak perlu merubah dirimu seharum melati, secantik mawar, tak perlu juga malu bahwa kau tak semepesona bunga lily, tak segebyar Bunga matahari.Bertahanlah terus dalam alur kehidupanmu,.. yang memang telah kau pilih dan kau cintai. Kau memang tak seistimewa bunga-bunga itu, tapi jangan patah hanya karena kau tak berada dalam perlambang keayuan. Kau harus ada karena engkau adalah simbol keajaiban dan kemuliaan Ayat-ayatNya... berbungalah tanpa mengenal musim...berserilah di kehidupanmu maupun di tempat yang mungkin tidak seharusnya bukan habitatmu...

Darimu ku belajar sebagai seorang  pemberani, minimal sebagai orang yang mau berjuang.

pada akhirnya, untuk mu Edelweis yang tercampakkan dan terbuang, aku ucapkan… selamat datang di taman jiwaku, taman yg kadang tak tercium wanginya tapi semoga saja ternikmati pesonanya. Tercium harumnya, walau tak harus kau terlihat kecantikannya.. dan untukmu Edelweis dari Tanah Makale.. terimalah imajinasiku tentang seikat Edelweisku bersama senja ini.. salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun