Mohon tunggu...
Fredi Kastama
Fredi Kastama Mohon Tunggu... -

kelihatannya nggak ada yang istimewa dari pemuda kampung macam saya ini...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kita Ga Menderita Sendirian.. Gys..

10 Maret 2011   07:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:55 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12997417991594740102

“kenapa ya gue yang harus menderita. Kelihatannya Tuhan ga sayang ma Gue, bang. buntu banget hidup gue, usaha yang gue bangun berangsur-angsur sekarat..”demikian seorang teman di jaringan sosial yang mengadu di kotak chat saya itu.. Dan bla.. bla.. bla… terjadilah diskusi antara saya dengan Mbak mahasiswi tersebut cukup lama.Acara chatingan berhenti takkala listrik padam.. merutuk juga hati saya sebenarnya, sedang asyik-asyiknya, di setop oleh sesuatu hal yang bukan karena kendali saya atau si embak sendiri.. tapi no what-what alias ndak apa-apa.. sudah sedemikian biasa keadaan tersebut, kalo nggak padam bukan PLN Namanya.. hehehehe…….. toh bukan persoalan itu yang ingin saya angkat.

Adagium kesengsaraan yang terbalut oleh kalimat “ lo pantes kalah bro, orang kyak gitu lu lawan” sudah sangat melekat dalam kehidupan kita.Bahkan saking seringnya membuat kita lebih sering memilih mundur teratur dibandingkan berhenti sejenak kemudian melecit maju. Karena memang kadang apa yang kita dapatkan tidak selamanya sesuai dengan yang kita impikan, maupun yang dilakukan. Masih lumayan kalau tidak mendapat apa-apa, lantas orang tidak meyibir kekalahan kita, namun justru parahnya kritikan, cemoohan bahkan nyiyiran mendarat tepat di hati kita tatkala benar-benar terpuruk. Plus kawan yang menemani tatkala jaya.. beringsut menjauh secara perlahan. Beban berat masalalu menjadi baying-bayang yang sangat mungkin sulit untuk dihilangkan

Sejurus dengan hal itu, jangankan untuk berpikir pikir besar, bermimpi yang kecilpun menjadi enggan. Buat apadilakuin kalau toh terperosok dalam kubangan kegagalan.kita sendirian yang mati-matian dipojokkan.Mulailah kita berada dan merasa nyaman di zona Aman “opo eneke wae” alias “opo anane ae”, Meninggalkan skema segitiga perjalanan hidup yang sebenarnya masih seharusnya digunakan untuk memulai hidup baru, yakni skema Keberhasialan – Relasi – Usaha. akutnya bukan itu yang kita pilih, tapi memilih untuk menyalahkan masa lalu, dan menyalahkan“Dzat Yang Memberi Warna pada Lombok”.

Bukankah kritik, cercaan, cibiran itu hadir melalui caranya sendiri, nah kenapa kita tak coba untuk meredam kritik dengan cara kita sendiri. Mungkin dengan mengkalemkan diri dulu, mengendalikan diri, dan mencoba melapangkan dada sebagai penguat. Minimalkalo kita laki-laki, mencobalah menjadi lelaki sejati,. Lebih ksatria memandang hidup dengan segala kegagalan dan keberhasilannya. Pada saat itu pasti Tuhan mengirimkan relasi sejati. Mereka yang mau ikut susah. Bersama tersenyum kala bahagia, setia mendampingi kita dalam situasi yang terjelek. Bahkan, yang terkadang kita lupa, merekalah orang-orang yang menuntun kita untuk menyudahi kesengsaraan serta memagari jiwa kita agar tak dendam dengan masa lalu, mereka juga mungkin yang paling merasa menderita jika sesuatu terjadi pada kita. Mereka jua lah yang menyadarkan kita dari ilusi pesimisme yang akan menjerumuskan kita pada sikap iri dan dengki.Persoalannya menjadi parah, saat iri dan dengki itu merambat dalam hati. Namun sayang, kadang karena sudut pandang terjernih sudah tertutupi api amarah dan kekalutan. Orang-orang yang dikirim Tuhan menjadi relasi kita menjadi sosokyang nyaris tak terdengar. Padahal Tuhan dengan segala kemuliaannya seolah ingin berpesan kepada kita.. bahwa Ia masih dekat dengan orang-orang yang mau dengan sabar dan tabah (bukan Fatalis ) merunut jalan untuk keluar dari penderitaannnya

Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon Kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

So dengan relasi sejati kita yang acap di kirim Tuhan disaat-saat genting, berarti Kita ga jadi pihak yang paling menderita sendirian kan Gys.???

Sebenarnya tak perlu panjang lebar untuk menjawab keluhan sobat saya itu, cukup  dengan sedikit sentilan “kenapa saat menderita kayak gini lo bertanya sama Tuhan, -“ kenapa gue harus menderitakyak gini”- sementara disaat seneng, nggak pernah bertanya  “Tuhan kenapa harus gue yang seneng, yang lain nggak” hayo..? Sengaja saya buat moler-moler.., agar keliatan pantes aja di masukin ke Kompasiana.. Hehehehehe……...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun