Mohon tunggu...
Fredeswinda Wulandari
Fredeswinda Wulandari Mohon Tunggu... Guru - pencinta fantasi

Penyuka kopi, Harry Potter, dan cerita fantasi. Melamunkan yang akan datang dengan harapan akan dijamah Sang Pemilik Semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seberkas Bara Sepasang Mata (Bagian 2)

26 Januari 2023   15:44 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Santai saja. kamu hanya perlu berdiri di belakang konter kaca ini. Jika ada pembeli datang, siapkan senyum terbaikmu dan sapalah. Setelah itu, kamu bisa memberi kode kepadaku kalau si pembeli mulai bertanya-tanya tentang harga kain. Aku yakin kamu gak tahu kan jenis-jenis kain dan harganya berapa, kan?" Jupiter berbisik ke arah Cella yang terlihat bingung dan ragu.

            "Iya, Jupe. Kamu jangan jauh-jauh ya berdirinya. Dekat aku saja nanti ya," pinta Cella.

            Jupiterpun mengangguk, kemudian mereka berdiri berdekatan di balik konter kaca sambil menunggu pembeli.

            Satu per satu pembeli datang silih berganti. Saat itu, keadaan masih aman. Cella menyapa, kemudian Jupiter yang melayani, mengambilkan kain, tawar-menawar harga, dan akhirnya memotong kain sesuai dengan permintaan pembeli.

Namun, lama kelamaan pembeli datang tanpa henti. Yang awalnya mereka berdua bersama melayani pembeli, kini mereka berdiri berjauhan karena Jupiter sedang mengambilkan kain yang diinginkan pembeli di rak kain yang lain.

Seorang ibu setengah baya datang seorang diri lalu melihat-lihat kain. Dia mengedarkan pandangannya, kemudian dia terlihat bingung.

"Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Cella menyapanya dengan ramah.

"Oh iya, Ci. Saya butuh kain brokat bahan kebaya untuk anak saya yang mau lamaran bulan enam. Kira-kira harga per meter berapa ya Ci?"

Cella tersenyum senang karena dipanggil Cici. Apakah karena wajahnya cenderung putih bersih maka dia dipanggil demikian? Diam-diam dia tersipu malu.

"Ci, kok malah senyum-senyum. Harga satu meter kain brokat berapa?"

"Oh iya ... coba saya tanyakan sebentar ya, Bu."

Cella berjalan menuju Jupiter. Dia menyampaikan pertanyaan yang sama ke Jupiter.  Ibu itu terlihat tidak sabar. Berulang kali dia mondar-mandir tak jelas. Sebentar kemudian dia kembali.

"Ibu, kain brokat harga per meternya Rp 90.000,-."

"Wah, kok mahal ya. Di toko tadi aja hanya Rp 80.000,-. Tidak bisa kurang ya, Ci?"

"Kualitas kain di sini berbeda, Bu. Jadi harganya juga berbeda."

"Masak? Kemarin saya beli kain di sini cepat sekali pudar warnanya."

"Mungkin Ibu salah ingat. Tidak mungkin kain di toko ini cepat pudar."

"Yah, namanya pedagang kan memang selalu begitu. Dagangannya selalu nomer satu." Si Ibu menyahut sekaligus menyindir tajam.

Cella menahan emosi dan tetap menjaga senyum manisnya. Mereka sedikit berselisih akibat dari tawar menawar yang alot. Namun akhirnya, si Ibu melenggang pergi tanpa membeli. Beberapa pembeli juga pergi karena mereka terlalu lama menunggu ketika Cella harus berulang kali bertanya pada Jupiter. Mereka merasa pelayanan di toko tidak prima dan membuang waktu.

Yang mereka tidak tahu adalah ternyata Mama Jupiter memperhatikan semuanya itu dari balik mesin kasir.

****

            "Jupe, sudahlah putus saja. Anak gadis yang kerjanya lambat seperti dia akan berpengaruh pada keluargamu nantinya."

            Tiba-tiba Mama berkata seperti itu ketika mereka sedang makan malam. Jupiter sontak terdiam. Tangannya yang sedang mengangkat sendok mengambang di udara. Dia melihat ke arah Mama dengan pandangan tak percaya.

            "Ma, janganlah, Ma. Cella bekerja lambat karena kemarin itu hari pertama Cella membantu menjaga toko. Cella belum paham jenis dan harga kain. Wajar kalau dia perlu bertanya dan belajar. Ma, Jupiter sayang sama Cella. Dia memberi semangat dan motivasi setiap hari. Dia itu ... "

            "Jupe, Mama paham kalau Cella adalah cinta pertamamu. Dia pasti mempunyai arti penting dalam hatimu saat ini. Namun, menurut Mama, dia tidak begitu cocok dengan keluarga kita. Dia tidak sepadan dengan keluarga kita."

            "Apa maksud Mama dengan tidak sepadan? Apakah karena Cella bukan keturunan Cina? Apa karena Cella berasal dari keluarga biasa saja?"

            Jupiter menyorongkan piring yang masih penuh ke tengah meja, dan segera berdiri.

            "Perlu Mama tahu, Cella adalah gadis yang baik. Jupiter sayang. Entah apakah hubungan ini berhasil atau tidak, itu urusan Jupiter."

            Jupiter melangkah meninggalkan meja makan. Namun, baru dua langkah dia berjalan, kembali Mama bersuara. Suara Mama pula yang membuat Jupiter menghentikan langkahnya.

            "Jupiter, memang semua keputusan ada di tanganmu, tapi Mama masih mempunyai hak atas hidupmu. Kalau kamu tetap mempertahankan Cella, maka warisan yang harusnya menjadi bagianmu akan Mama berikan pada koko-mu."

            Suara Mama yang walaupun terdengar lembut nyata menggetarkan hati dan pikirannya. Sesampainya di kamar, dia berteriak sekeras yang dia bisa. Sungguh pilihan yang sulit. Dia menghantam tembok kamarnya beberapa kali sampai punggung tangannya terluka. Namun, itu masih taksesakit perasaannya.

            Setelah kejadian itu, Mama dan keluarganya tidak pernah lagi menanyakan kabar atau memperbincangkan Cella dalam percakapan harian mereka. Padahal sebelumnya, mereka sangat ingin tahu perjalanan asmara Jupiter dan Cella.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun