"Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan." Â ~ Benjamin Franklin
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P):
Peristiwa
Momen yang paling penting bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah pertama, saya bisa bekerja sama dalam tim, mengenal rekan guru baru dari sekolah lain, mengenal fasilitator, Â dan berkolaborasi dalam kelompok kecil dalam melakukan interaksi diskusi secara daring. Dengan perkembangan teknologi, jarak dan ruang bukanlah penghalang untuk melakukan kolaborasi menghasilkan suatu karya. Â kedua, hal menantang yang saya alami ketika memanajemen waktu dengan baik antara mengajar di kelas dan mengikuti program guru penggerak khususnya dalam melakukan pembelajaran secara mandiri dengan alur merdeka yang diperkenalkan pada pembelajaran di guru penggerak yaitu mulai dari mulai mengenali diri sendiri, eksplorasi konsep sampai melakukan aksi nyata.
Ketiga, kesempatan yang paling penting ketika saya adalah melakukan eksplorasi konsep mandiri tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD). Â Saya akhirnya mengetahui bahwa peran guru seperti tukang kebun dan peserta didik adalah ibarat benih yang siap ditabur dan tumbuh sesuai kodratnya. Mereka ibarat tanaman yang siap dirawat oleh guru karena pada dasarnya mereka memiliki potensi dan bakat alami yang telah ada di dalam diri mereka. Tugas seorang guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan arahan, tuntunan, peserta didik ini berkembang sesuai dengan kodrat alamnya dan kodrat zamannya. Keempat, momen mencerahkan bagi saya ketika mempelajari nilai dan peran peran guru penggerak. Bahwa seorang guru penggerak harus mampu memiliki kemandirian, selalu berpihak pada murid, mampu berkolaborasi dengan siapapun, mampu berinovasi dan reflektif.Â
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2Â
Hal-hal yang saya pahami adalah melalui program guru penggerak, kita belajar dan memahami konsep pemikiran KHD tentang trilogi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Saya mulai menyadari bahwa tujuan dilaksanakan proses pendidikan adalah  untuk "menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya".Â
Setiap anak bukanlah kertas kosong, mereka memiliki kodratnya masing-masing yang sudah digariskan walaupun masih samar, maka tugas kita sebagai pendidik adalah membimbing, menuntun, dan menjadi instruktur agar murid kita merdeka sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Demi mencapai kemerdekaan belajar maka peserta didik membutuhkan bimbingan oleh mentor atau guru berkualitas, tentunya dimulai dengan memahami kemerdekaan belajar seperti memahami nilai dan peran guru penggerak. Kiranya nilai dan peran tersebut bisa diimplementasikan dalam pembelajaran maupun dalam keseharian di sekolah agar tujuan mulai pendidikan bisa tercapai
Perasaan
Saat saya belajar dalam modul ini, saya merasa seperti bagaikan "dicemeti" dan diingatkan kembali tentang tugas mulia saya sebagai seorang guru yang sebenarnya. Saya merasa seperti dipanggil kembali untuk belajar dan terus memperbaiki diri dalam memahami arti penting pendidikan yang memerdekakan. Selama ini saya merasa sudah menjadi paling tahu banyak hal, saya bisa menjadi sumber belajar satu-satunya, saya bisa menerapkan teknologi dalam pelajaran saya, namun ternyata anggapan saya belum sesuai dengan pemikiran filosofi pendidikan KHD. Saya mestinya banyak berefleksi bahwa masih banyak peran guru sesungguhnya yang belum saya lakukan sebagai seorang seorang Guru Penggerak, saya harus menjadi pemimpin pembelajar dan berusaha untuk menyemangati diri sendiri dan memunculkan motivasi dalam diri  agar mampu melakukan perubahan baik untuk pembelajaran di kelas maupun lingkungan sekitarnya
Saya mulai menyadari bahwa bukan guru sebagai pusat pembelajaran tetapi peserta didiklah sebagai sumbernya. Guru tidak bisa memaksakan kehendak dan keinginannya sendiri untuk diterapkan kepada peserta didik namun selalu berorientasi pada peserta didik dengan memahami apa yang menjadi kebutuhan belajar mereka. Apapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas mestinya bisa memungkinkan peserta didik berkolaborasi dengan teman sekitar, mengoptimalkan berbagai sumber belajar, dan bisa memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Siapa saja bisa menjadi guru dan ruang kelas bisa dilakukan dimana saja. Demi mencapai tujuan tersebut, saya merasa tidak sendirian, dengan menggerakan komunitas belajar di sekolah, rekan guru bisa menjadi menjadi teman diskusi untuk mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran.