Berikut adalah pengakuan Prof. Nadirsyah Hosen seorang pengurus cabang istimewa NU (Nadhlatul Ulama) di Australia serta Dosen tetap di Monash University Faculty of Law di Australia, lewat akun twitternya.
Pengalaman yang mengesalkan dan paling membuat saya dongkol adalah ketika saya mempertanyakan kredibilitas artikel tak jelas yg disebarkan teman saya lewat group Whatsapp yg saya ikuti dan teman saya hanya menjawab, “Gak tau. Dapet dari temen.”. Jawaban yg sangat enteng sekaligus tak bertanggung jawab. Menyebarkan sesuatu atau isu yg sebenarnya anda sendiri tidak tahu dan ternyata berita tersebut hoax adalah sama dengan anda menyebarkan kebodohan kepada teman atau keluarga atau siapapun yg menerima berita hoax tersebut.
Saya mengajak anda sekalian para pembaca sebagai pengguna internet yg masih mampu berpikir rasional untuk tidak mudah terpancing artikel-artikel yg tak jelas isi dan data validnya bahkan tak jelas siapa pembuatnya. Hentikanlah aksi-aksi memalukan seperti isu vaksinasi, botol Equil, tuduhan terhadap relawan kubu tertentu padahal ternyata orang yg dituduh adalah orang yg berbeda (terus terang ini memalukan tetapi cukup lucu), mengkomunis-komuniskan orang tertentu (bahkan presiden!) dan sebagainya.
Entah anda mau bilang itu adalah hal yg bodoh, tetapi kita tidak bisa menyangkali bahwa ada ribuan orang yg menekan tombol like dan share ke berandanya masing-masing. Saya hanya mengingatkan jika anda tidak suka atau punya pendapat yg berbeda dengan orang lain tentang sesuatu, janganlah membuat argumen mengada-ada lewat artikel tertentu atau setidaknya, jangan turut menyebarkannya. Berikut beberapa artikel tambahan tentang jaringan penyebar berita hoax demi meraup untung.
CNN Indonesia - Penyebar berita hoax Indonesia bisa raup Rp700 jutaan
Tekno Kompas - Situs Penyebar Hoax di Indonesia
Akhir paragraf dari saya, kebebasan termasuk dalam berpendapat bukan berarti bisa melakukan segala sesuatu sebebas-bebasnya. Kebebasan artinya melakukan segala sesuatu tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak tertentu dan yg lebih penting tidak mengganggu atau merugikan orang lain. Kebebasan akan berubah menjadi kebablasan apabila kita tidak memperhatikan track yang tepat saat melakukan kebebasan.
Pengguna Internet adalah gerbang terakhir yang menentukan apakah sebuah artikel layak dikonsumsi publik (disebarkan) atau tidak. Apabila kita semua bisa menggunakan internet, masakan kita tak mampu menggunakan “otak” kita sendiri (dalam berinternet)?
*di atas hanya sebagian KECIL hoax yg dapat saya rangkumkan disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H