Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha sayur hidroponik, mahasiswa Universitas Negeri Malang dengan arahan dari Bapak Dr. Agus Hermawan, GradDipMgt., M.Si., Mbus. selaku dosen pembimbing, melaksanakan program pengabdian masyarakat, dimana mereka bertugas mendampingi dan memberikan arahan kepada pelaku usaha UMKM. Program ini menekankan pada digital marketing bagi pengembangan UMKM AD Hidroponik di Kabupaten Malang, dimana AD Hidroponik merupakan usaha dibidang pertanian yaitu perkebunan sayuran organic. Program ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan September hingga bulan Desember 2024, dengan dipantau secara berkala setiap minggunya.
Pak Waluyo sebagai pemilik usaha AD hidroponik ini mengungkapkan bahwa sejak awal berdirinya usaha ini berkomitmen untuk menyediakan sayuran berkualitas tinggi yang bebas dari pestisida dan bahan kimia berbahaya. Berawal dari sekedar hobi bertanam dan tertarik dengan sistem penanaman hidroponik, usaha Pak Waluyo kini telah berkembang dan menjadi usaha yang menjanjikan. Dengan menerapkan metode hidroponik, proses pertumbuhan sayuran menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, sistem ini memungkinkan pengendalian yang lebih baik terhadap kualitas air dan nutrisi yang diberikan kepada tanaman. Sayuran yang tersedia dulu awalnya jenis misalnya kangkung pakcoy sawi manis, sawi pahit, pagoda, selada, sawi samhong, bayam brazil dan lain – lain masih mencari pola saat itu. Dari sekian banyak dari segi panen, dan peluang pasar, yang disenangi untuk kebutuhan rumah tangga pakcoy (sawi daging) dan selada lebih cepat dipanen. Dan dua jenis itu lebih disenangi oleh konsumen.
Berdasarkan observasi di lapangan, kendala utama yang dihadapi oleh Pak Waluyo yaitu terkait dengan pemasaran online, dimana selama ini beliau masih memasarkan produknya secara tradisional. Yaitu dari mulut ke mulut dan juga lewat komunitas. Pernah terpikirkan untuk menitipkan sayur tersebut ke supermarket, namun prosedur dan permintaan yang sangat banyak membuat pak Waluyo belum mampu untuk memenuhinya. Selanjutnya, Pak waluyo belum memiliki logo dimana logo usaha dapat digunakan sebagai branding usahanya pada banner dan sosial media. “Bagaimana jika kita bantu untuk mendesain logo yang sesuai dengan karakter usaha bapak yang menarik sehingga nantinya usaha bapak ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat,” ujar Frederik. Beliau menyetujuinya, sehingga kini usaha AD hidroponik ini memiliki identitas yang lebih dikenal oleh masyarakat.
Saat ini, AD hidroponik hanya memasarkan produk sayuran nya secara online pada Whatsapp dan Facebook. Sehingga tim pendampingan berinisiatif untuk membuatkan akun sosial media yang lain, yaitu Instagram. Dimana Instagram merupakan sosial media yang banyak digunakan saat ini. Dengan nama akun @Hidroponik_AD pembeli dapat melihat dan memesan produk hidroponik ini. Selain itu juga terdapat informasi mengenai sistem penanaman hidroponik, sehingga selain sebagai wadah untuk memasarkan produk, akun tersebut juga bisa digunakan sebagai edukasi seputar sistem penanaman hidroponik. Hasil dari pelaksanaan pendampingan ini berlangsung dengan baik, dimana pelaku usaha turut berpartisipasi dan melaksanakan arahan dari tim pendamping yakni Frederik Pradana Deniswara dan Herlina Kusuma Wardhani dengan baik. Diharapkan hasil dari pendampingan ini dapat meningkatkan kemampuan digital marketing dan juga mendorong pertumbuhan usaha AD Hidroponik di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H