Mohon tunggu...
fredericka m hendiana widowati
fredericka m hendiana widowati Mohon Tunggu... -

iam life,iam live

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sepotong Kue Coklat…

8 Juli 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:01 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hari aku bangun lagi jam3 dini hari.  Tapi tiba-tiba perutku keroncongan. Walah,akhirnya malah aku kelayapan mencari-cari makanan yang tersisa di atas meja makan. Tapi ga ada. Akhirnya pilihan terakhir,kulkas. Yup,akhirnya terselamatkan oleh sepotong brownies. Aku inget kue coklat itu ku beli kemarin dan sisanya ku masukkan ke kulkas. Dan dini hari itu ku lewatkan dengan sepotong kue coklat. Thanks to God yang mengingatkanku untuk membuka kulkas. Dan thanks God juga untuk mengingatkanku menyisakan sepotong kue coklat di sana. J

Kadang-kadang ku pikir aku begitu naifnya. Aku sering menggampangkan sesuatu tapi ternyata lebih parah dari apa yang ku bayangkan. Dalam bayanganku hidup adalah seutas tali yang aku tau panjang dan akhirnya. Tapi ternyata setelah ku lewati ukuran yang ku kira-kira,masih ada lagi kelanjutannya. Dan akhirnya aku ga punya persediaan bekal dalam melewati sisa tali yang terbentang panjang dan tak ku ketahui batasnya. Akhirnya,ya aku jadi susah sendiri.

Sebuah bekal. Sebuah persediaan. Sebuah persiapan. Kadang-kadang kita lupa untuk menyisakan sesuatu sebelum menghabiskannya. Orang bilang kalo eman ga keduman. Ya iya sih. Tapi aku ga separuhnya setuju. Karna saat kita menghabiskannya,kita akan kehilangan semuanya. Bila kita lapar,seperti aku tadi yang kelayapan cari makanan,bila tak ada yang tersisa dari spotong kue coklat,aku pasti menderita dalam kelaparanku. Bukan cuma lapar. Tapi juga dalam kehidupan rohani kita. Pertama kali kita lahir ke dunia,kita sudah di beri bekal oleh ibu kita dalam bentuk nutrisi dalam tubuh kita dan juga napas kehidupan oleh Sang Maha Kuasa. Bekal ini kita manfaatkan dalam mengarungi hidup kita. Suatu saat kita akan berpulang padaNya,maka kita pun harus punya bekal,persediaan yang mana semua itu adalah hasil dari apa yang kita tanam di dunia ini. Bila benih yang kita tanam baik,maka tuaianpun akan baik hasilnya. Dan bekal yang kita bawapun baik pula. Bekal iman. Itu yang penting untuk menjadi guide dalam perjalanan hidup kita yang kita tak tau panjang dan pendeknya.

Meskipun kita hidup pas-pas an,gaji pas-pas an,tapi kita selalu ingat untuk menabung kebaikan,untuk menyisakan separuh dari apa yang kita miliki untuk berbagi meski kecil,maka apa yang di namakan separuh yang kita berikan pada sesama adalah utuh bagiNya. Sepotong kue kebaikan yang kita berikan pada sesama sudah cukup mengenyangkan bagi Dia,sang Pencipta kita. Sekecil apapun yang kita sisakan,bila kita berbuat tulus,maka bekal yang kita tabung lebih dari apa yang sudah kita berikan. Bekal Kasih. Kasih ada di mana-mana dan bisa kita tumbuhkan kapan saja kepada siapa saja. . Kita bisa berbagi,menjadi orang yang berarti bagi Tuhan dan sesama. Dengan mempunyai bekal kasih,maka hidup ini akan terasa lebih indah . Inilah yang membuat hidup terasa lebih bermakna.

Semoga saja dalam menjalani kehidupan fana ini,kita bisa menabung bekal yang cukup untuk menjadi persiapan kita nanti pada akhirnya. Sebuah bekal yang manis,menarik. Seperti sepotong kue coklat. Meski cuma sepotong perbuatan baik asal di lakukan dengan sungguh-sungguh dan tulussangat berarti bagiNya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun