Mohon tunggu...
fredericka m hendiana widowati
fredericka m hendiana widowati Mohon Tunggu... -

iam life,iam live

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukan Gelasnya, Tapi Isinya..

21 Juni 2010   01:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di suatu sabtu,aku dan temanku menghadiri suatu undangan makan pertunangan seorang sahabat. Waktu kami datang,acara sudah di mulai. Kami memang sedikit telat karena lokasinya di luar kota dan pada saat itu jalanan memang macet,maklum malam minggu.

Setelah beramah tamah,tibalah saat makan. Pelayan meletakkan gelas-gelas di meja yang berlainan bentuknya. Ada yang panjang, pendek, ada yang sedang,ada pula yang cuma gelas plastic. Saat mengambil gelas,para tamu mayoritas mengambil gelas yang bagus. Aku dan temanku juga memilih gelas kaca dari gelas-gelas yang ada. Otomatis yang telat mengambil makanan atau minuman harus rela mengambil gelas plastic yang tersisa. Ku pikir minumannya koktail atau apa lah seperti di restoran-restoran yang harus menggunakan gelas bentuk tertentu. Tetapi apa yang dalam pikirkan aku dan mungkin orang-orang yang hadir di sana sangatlah berbeda. Pelayan datang dengan beberapa termos kaca besar berisi minuman warna orange. Dan saat kami meminumnya,memang itu adalah sirup. Tidak ada buah-buahan di dalamnya. Temanku senyum-senyum geli ingat betapa konyolnya kami berebut gelas tadi. Ternyata semua isi gelas kaca maupun plastic sama saja. Sirup rasa jeruk.

Kejadian ini sering banget terjadi sehari-hari dalam beraneka wujud kejadian. Yang intinya,orang cenderung memandang sesuatu dari luarnya,bukan isinya. Ibarat gelas yang bagus,orang sangat tertarik menyangka isinya juga bagus,tapi ternyata isinya sama saja dengan isi yang ada dalam gelas plastic yang murah.

Kita seringkali menilai sesuatu atau seseorang dari luarnya. Bila penampilan orang tersebut jelek,ndeso,atau tidak menarik,kita cenderung menghindarinya,menyangka bahwa orang tersebut ga selevel dengan kita. Padahal kita ga tau sifat dan hati orang itu. Atau bila kita bertemu dengan orang yang berpenampilan menarik,cantik,ganteng,kaya,kita akan cenderung mendekat,ingin kenalan,ingin bergaul dengannya. Padahal kita juga tak tau seperti apa isi hatinya.

Ada peribahasa Inggris bilang “ Don’t judge the book from the cover” jangan menilai atau menghakimi seseorang menurut penampilan luarnya. Mengenal lebih banyak orang dari berbagai kelas,dan status akan menambah wawasan kita.

Jadi,bukan gelasnya,tapi isinya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun