Mohon tunggu...
fredericka m hendiana widowati
fredericka m hendiana widowati Mohon Tunggu... -

iam life,iam live

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengejar Kupu-kupu

7 Juni 2010   11:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hari waktu aku lagi melakukan aktivitasku,aku tertarik pada sebuah bunga liar yang tumbuh di daerah pegunungan di daerah Malang. Saat aku mau membidiknya dengan kameraku,tiba-tiba seekor kupu-kupu beterbangan mengitari bunga yang akan ku shoot itu. Mulanya ini mengganggu juga karena menghalangi objek sasaranku,tapi lama-lama ku perhatikan aku malah lebih tertarik untuk ganti sasaran membidik kupu-kupu berwarna hitam dengan semburan warna kuning dan putih membentuk motif polkadot (kayak baju aja). Aku dekati kupu-kupu yang sedang terbang itu. Tapi dia semakin menjauh. Aku sebel juga. Akhirnya aku menyerah dan kembali lagi pada bunga liar semula. Diam-diam aku kesel juga.

Kupu-kupu memang sangat cantik. Warnanya bermacam-macam dan indah. Beberapa orang malah mengkoleksinya. Waktu aku SD dulu juga ada mata pelajaran ketrampilan yang mana masing-masing anak di haruskan membuat prakarya,dan seorang temanku pernah bela-belain nyuruh orang untuk menangkap kupu-kupu untuk di jadikan prakarya( kejam juga yah kalo di pikir-pikir).

Kupu-kupu selalu menarik banyak orang. Tapi semakin orang tertarik dan ingin menangkapnya,kupu-kupu itu akan semakin terbang menjauh,dan akhirnya orang itupun menjadi lelah sendiri. Tapi sebaliknya,kupu-kupu akanbertengger pada sesuatu yang diam.

Kupu-kupu yang indah membuat orang yang melihatnya senang. Demikian juga hal-hal yang membuat orang bahagia,hal-hal yang indah,yang membuat orang penasaran ingin menangkapnya untuk di milikinya. Tapi malah kebahagiaan itu sendiri semakin jauh dari genggaman. Kesenangan itu ternyata semu semata. yang di sangka membuat bahagia ternyata mengecewakan. Dan orang jadi lelah sendiri mencari apa yang membuatnya bahagia.

Orang bijak pernah berkata, kebahagiaan ibarat kupu-kupu. Semakin di kejar,ia akan semakin jauh. Semakin kita bernapsu meraih kebahagiaan itu sendiri,ia semakin pergi menjauh.

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa kita pegang,kita nikmati seperti makanan,atau benda yang bisa kita simpan. Bahagia itu ada dalam hati kita. Setiap kita bernapas,kita belajar,kita bekerja,kita berjalan, atau bahkan saat kita berada dalam kesunyian kita bisa merasakan kedamaian,kepuasan batin dan rasa terberkati.

Sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat pada kita. Mungkin karena kita terlalu acuh,kita jadi tak menyadarinya bahwa kebahgiaan itu ada di sekeliling kita.

Have a blessed day!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun