Perjalanan yang ku sukai adalah naik kereta api. Di bandingkan dengan angkutan lain,kereta api atau sepur dalam bahasa jawa,membawa sensasi lain. Bukan masalah lebih cepatnya,tapi saat naik sepur itulah aku bisa menyaksikan pemandangan nan menawan dari balik jendela kereta. Sepanjang perjalanan sering mendapati sawah ladang,perkampungan,desa,gunung,sungai, tanah luas,mata jadi sejuk seketika. Kalo aku menamai itu sensasi ijo royo-royo. Hijau dan menyejukkan mata.
Melihat dan menyaksikan keindahan ciptaanNya,semakin menyadari betapa kecil dan tak berartinya sebuah ego manusia di hadapanNya. Jadi semakin bersyukur karenaGusti sing mberkahi urip kawulo sedoyo. Tuhanlah yang mencukupi kebutuhan hidup kita,hingga kita bisa selamat,sehat,dan hidup. Bagiku ke 3 hal itulah yang amat mendasar dalam kehidupan. Apa artinya harta duniawi berlimpah tapi tubuh tidak sehat,tidak bisa makan dan minum dengan enak,apalagi untuk berjalan-jalan keluar.
Menyadari dan mendekatkan diri padaNya,bersyukur dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan asma Tuhan,untuk mencerminkan siapa diri kita ini. Kita adalah kawula bagi dia. Kawula di sini adalah manusia sebagai hamba. Dan Gusti sering di artikan dalam bahasa jawa Bagusing Ati. Bagusnya sebuah nama Tuhan dalam hati kita,senantiasa teringat dan memuliakan namaNya dalam hati kita. Tuhan merupakan cerminan dalam kehidupan kita dengan selalu ingat padaNya,segala ajaran-ajaranNya. Menyatulah kita dalam Dia. Dalam peribahasa jawa sering di artikan Manunggaling Kawulo Gusti. Yang artinya kita sebagai hambaNya menyatu dalam Dia.
Manunggal artinya bersatu. Kawulo adalah kita manusia yang menghamba. Dan Gusti adalah Tuhan. Bila hati dekat dengan Tuhan,kita akan menyatu dalam Dia. Hati akan menajdi tempatbersemayamnya Tuhan. Sehingga segala tindakan,sikap dan tingkah laku kita senantiasa ingat padaNya,mampu mensyukuri apa yang telah Dia berikan pada kita, mau berserah pada kehendakNya,selalu ada di jalanNya,sehingga kita sebagai kawulo Gusti selalu di berkatiNya.
Manunggal dengan Gusti berarti juga berani bertobat,refleksi diri, mengakui kesalahan-kesalahn kita di hadapanNya agar bisa meninggalkan kebiasaan buruk dan beralih pada kebiasaan baik. Dengan begitu tak ada lagi jarak antara kita sebagai manusia dengan Dia sang pencipta kita. Akan menjadi dekat dan menyatulah hati kita padaNya.
(Fre©2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H