Mohon tunggu...
fredericka m hendiana widowati
fredericka m hendiana widowati Mohon Tunggu... -

iam life,iam live

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bahagia

9 Juni 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam beberapa hari ini aku tergila-gila dengan buku-buku bekas yang ku dapat di pasar loak alias pasar rombeng. Buku-buku yang amat bagus dan ga di jual di toko buku entah karena sudah kadaluarsa tahunnya atau karena ga laku aku ga tau. Buku-buku ini membuat aku hepi. Ke hepianku membuatku agak terbius beberapa saat sehingga agak lupa dengan aktivitasku. Praise the Lord,aku masih inget untuk bersyukur karena menemukan harta berharga ini.

Mungkin memang bener hobi membawa kebahagiaan dalam hidup ini. Tapi sesungguhnya tidak cuma hobi saja yang bisa melahirkan kebahagiaan. Karena yang sebenarnya yang membuat kita bahagia adalah cara bagaimana membuat hidup kita hepi? Apa hakekat sesungguhnya dari tujuan hidup menjadi bahagia itu?

Banyak orang bilang ‘aku bahagia bila aku punya uang banyak,aku bahagia bila aku punya ini itu,aku bisa pergi keliling dunia,punya gaji besar,karir bagus dan segudang impian menjulang lainnya. menengadah Semakin banyak kita menengadah ke atas,semakin lupalah kita bahwa berjalanpun,kita harus ingat untuk memeperhatikan ke bawah. Coba saja di praktekkan,kita jalan terus sambil mengangkat kepala,maka yang terjadi adalah kaki kita tersandung,dan,jatuhlah kita. Mempunyai impian yang tinggi memang tidak di larang dan bisa membuat orang untuk maju,tapi harus di ingat,kemampuan kita sebesar impian kita kah? Akibat banyak bermimpi,akhirnya tidak kesampaian,akhirnya putus asa,akhirnya menyalahkan Sang pencipta. Oalahhh…

Bila dulu waktu sekolah,waktu kuliah pengen cepet-cepet lulus,trus kerja,setelah kerja pengen kedudukan yang tinggi,setelah dapat,pengen jadi direktur,setelah jadi direktur pengen jadi presiden direktur,dan setelah jadi presiden direktur,sadarlah dia bahwa sudah banyak waktu yang terbuang untuk mengejar impian,dia sudah kehilangan masa-masa mudanya untuk sekedar ngopi santai atau ngobrol ngalor ngidul bersama teman,sekarang yang ada banyak orang berlomba jadi teman ngopi hanya untuk nunut beken,hanya untuk tujuan-tujuan tertentu,tidak ada yang namanya teman sejati yang mau mendengar sharingnya,yang mau sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu dan main ps untuk pengusir stress. Yang ada hanya tawa palsu dan senyum pura-pura. Apakah itu mendatangkan kebahagiaan? Uang sudah ada,semua tercukupi,tapi mengapa hati menjadi kosong dan hampa? Sebenarnya apa yang kita cari dalam hidup ini? Bukankah apa yang kita impikan,apa yang kita kejar,apa yang kita cari sudah kita temukan? Sudah ada dalam genggaman? Tapi mengapa masih ada yang kurang? Ada yang hilang dan entah kemana harus mencari yang hilang itu. ternyata yang hilang itu adalah kebahagiaan. Yang hilang itu adalah rasa bersyukur. Semakin mencari,ternyata bahagia itu semakin jauh. Akhirnya terbersit pikiran penyesalan. Melihat orang hidup pas-pas an demikian bahagia. Wajah pas-pas an tapi selalu tersenyum pada semua orang. Gaji ga besar tapi bisa mentraktir teman-teman meski cuma di warung bakso dekat rumah. Tapi dia bahagia. Dia menikmati. Dan itulah kebahagiaan. Dia bisa mensyukuri tiap pemberian Tuhan. Dalam hidupnya yang tertanam adalah kesederhanaan. Berusaha tapi tidak ngoyo,sesuai dengan kemampuan,bersyukur,dan menikmati apa yang di dapat.

Ibaratnya matahari yang menyinari alam semesta, demikianlah pikiran yang sudah berakar dalam pada kesederhanan kehidupan tadi. Persoalannya kemudian, bagaimana menanamkan semua ini ke dalam kesadaran dalam hidup ini. Masih belajar dari matahari, ada satu ciri menarik matahari yang layak direnungkan dalam hal ini. Matahari mendalami sekali apa yang disebut seorang guru Yoga sebagai the art of letting go. Seni yang membiarkan semuanya berlalu secara alami. Lihatlah matahari, ia senantiasa menjalankan tugasnya. Seperti mengajarkan kepada kita setiap hari, tugas kita hanya melaksanakan tugas. Sisanya, membiarkan semuanya berjalan melaui hukum-hukum alami.

Bila kita sekarang sedang dalam keadaan di bawah,ya berusaha untuk maju,karena Tuhan menciptakan kita agar kita berguna untuk orang lain dan diri kita sendiri. Toh Tuhan itu adil,bila kita mau berusaha dan beroda, pada saatnya posisi kita akan ada di atas. Tapi dalam usaha,janganlah lupa untuk bersyukur,karena dalam bersyukur kita menemukan kebahagiaan. Kehidupan Anda adalah pilihan Anda sendiri. Kemana Anda berbelok adalah hak Anda sendiri. Dengan tidak ada maksud membelokkan Anda, apa lagi memaksa Anda untuk ikut apa yang sudah ku tulis. Sebagaimana roda berjalan, bukankah tidak ada yang namanya keadaan permanen untuk senantiasa di atas?. Lagian, kalau sudah ikut lentur berputar bersama sang roda, bukankah di atas dan di bawah sama indah dan nikmatnya?

Nikmati dan syukurilah yang ada. Karena seperti kata D’Masiv, Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah,tetap jalani hidup ini,melakukan yang terbaik….

(Jun,7fredericka-2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun