Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Bisnis - Pembicara - Penulis - Aktivis

Better is not enough. The best is yet to come

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Selamat Datang Era Kutu Loncat

1 April 2021   23:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   22:20 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Alexandra dari Pixabay

On the outside, i may be smiling while i wish you farewell. But on the inside, i am desperately praying that you will quit your new job, and come back to work with us again - nn

Mengutip salah satu artikel dari laman Shift Indonesia: Survey Deloitte pada Tahun 2018 menunjukkan bahwa Generasi Z (lahir Thn 1995 - Thn 2010) dan Milenial (dikenal juga sebagai Gen Y - dilahirkan Tahun 1980 - 1994) memiliki loyalitas yang rendah terhadap pekerjaannya. 

43% Generasi Milenial berencana meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja dalam waktu 2 (dua) tahun ke depan. Hanya 28% Generasi Milenial yang ingin bertahan lebih dari 5 (lima) tahun. 

Sementara mereka yang mewakili Generasi Z menyatakan loyalitas yang lebih rendah, sebanyak 61% dari Gen Z menyatakan akan meninggalkan perusahaan dalam waktu 2 (dua) tahun jika memiliki pilihan. Lebih lanjut lagi, masalah gaji dan budaya perusahaan menjadi pertimbangan utama bagi Gen Z dan Generasi Milenial. 

Kalau kita melihat kecenderungan untuk berpindah kerja ke perusahaan lain, dari Gen Y sebanyak 43% ke Gen Z sebanyak 61%, ini menunjukkan bahwa semakin muda generasi, semakin tidak bisa diharapkan untuk bertahan di suatu perusahaan untuk waktu lebih dari 2 (dua) tahun. Ini artinya, kalau di jaman sekarang dan ke depan, berpindah pekerjaan dalam waktu yang relatif singkat merupakan hal yang biasa. 

Namun tidak demikian kalau hal ini terjadi di masa Gen X yang lahir di Tahun 1965 - 1980 (kini berusia antara 41 tahun - 56 tahun). Sekitar 30 - 20 tahun lalu - sekitar Tahun 2000 - 1990. Kalau kita (yang sekarang berusia 40 tahunan) mendengar teman kita berpindah-pindah kerja dalam periode yang singkat, kita otomatis men-cap dirinya negatif sebagai Kutu Loncat. Rupanya seiring berjalannya waktu yang dulu kutu loncat mungkin dianggap tabu, di jaman sekarang bisa menjadi hal yang biasa.

Di masa karir profesional saya, saya termasuk salah satu Gen X yang lebih sering berpindah kerja dalam waktu 2 tahun. Karakter ini memang bukan karakter umum yang harusnya dimiliki seorang Gen X, sehingga terkadang saya berpikir, saya ini Gen Z yang lahirnya kecepatan 20 tahun... :D

Selama karir saya bekerja, umumnya saya hanya bekerja selama 2 (dua) tahun di satu perusahaan. Pernah bekerja selama 5 tahun, namun itu merupakan satu-satunya rekor dari seluruh perjalanan karir saya. Persis Gen Y dan Gen Z... Namun beda nya, di jaman saya pindah-pindah kerja, saya selalu kena cap negatif sebagai Kutu Loncat yang loyalitas ke perusahaannya rendah (tapi saya selalu berkilah: mungkin saya tidak lama bekerja di suatu perusahaan, tapi saya selalu meninggalkan kinerja terbaik).

Lalu sebenarnya mengapa orang-orang begitu mudah berpindah kerja (menjadi kutu loncat)?.

Masih menurut laman yang sama, berdasarkan survey, Gen Milenial (Gen Y) memiliki karakter menyukai tantangan kerja dan menginginkan fleksibilitas waktu untuk memilih kapan mereka harus memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Gen Y / Milenial tidak menyukai pola waktu kerja 9 pagi ke 5 sore. Sementara Gen Z lebih menginginkan sesuatu yang serba instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun