Beberapa waktu kemarin kita mungkin menemukan banyak berita mengenai kondisi panic buying yang terjadi akibat pandemi Covid-19 yang melanda masyarakat Indonesia, terutama di perkotaan besar. Barang-barang kebutuhan pokok berapa pun tersedia di hari itu, siang sore hari sudah ludes di borong pembeli.
Namun untungnya banyak jenis barang-barang kebutuhan pokok, setelah ludes diborong kemarin, hari ini bisa kembali terisi di rak. Demikian juga keesokan harinya.
Kita harus berterima kasih atas kesigapan produsen dan retailernya dalam mengisi kekosongan produk menghadapi panic buying sesaat yang terjadi semingguan lalu.
Analisa saya, kekosongan produk di pasar bisa segera terisi kembali karena banyak produsen yang telah mulai meningkatkan produksi dan stok inventorinya sejak awal tahun 2020 dalam mengantisipasi lonjakan permintaan di bulan Ramadhan dan Lebaran yang jatuh di Bulan Mei 2020.Â
Kepanikan konsumen di Bulan Maret 2020 akibat ancaman Covid-19, membuat produsen bisa mengeluarkan stok gudangnya tanpa harus menunggu momen datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran.
Saya kebetulan sempat mengamati 2 supermarket yang mengalami lonjakan pengunjung 1-2 minggu lalu. Toko-toko yang tadinya dipenuhi pajangan produk kebutuhan pokok tiba-tiba menjadi lenggang.
Beras apapun juga merk dan ukurannya, ludes. Mie instan apapun merk dan rasanya, ludes. Gula apapun merknya, tidak peduli gula halus atau gula kasar, ludes. Minyak goreng, apapun merknya, ludes. Makanan beku yang tadinya kurang dilirik, kini apapun merknya, ludes.
Kepanikan yang timbul akibat kekhawatiran konsumen akan tidak tercukupinya bahan makanan di rumah semasa isolasi diri dalam menghadapi wabah Corona, membuat konsumen tidak lagi mencari merk produk yang biasa dikonsumsi. Yang penting barangnya sesuai, bukan lagi merk.Â
Pemasaran yang mengalami Koma
Dalam sudut pandang pemasaran, menurut saya, panic buying ini membuat kita memasuki kondisi di mana pemasaran mengalami koma, yaitu kondisi di mana Ilmu Pemasaran tidak lagi dipakai secara utuh dalam memasarkan produk.
Panic buying ini menciptakan kondisi Seller's Market. Konsumen berbondong-bondong mencari barang, bukan lagi produsen yang bersusah payah mencari konsumen. Dengan demikian, tanpa effort besar, asalkan produsen memiliki produk yang dicari konsumen atau mudah ditemukan di toko retail, barang tersebut dipastikan akan segera laku terjual.
Pemasaran sejati memiliki 4 fungsi dalam Marketing Mix, yaitu: Product, Price, Promotion, dan Place. Dalam kondisi normal, agar produknya laku terjual, produsen harus memiliki strategi marketing mix lengkap yang tepat. Namun tidak demikian di saat kondisi panic buying yang menciptakan kondisi seller's market. Â