Mohon tunggu...
Frau Mushofa
Frau Mushofa Mohon Tunggu... -

Mushofa ist 'ne Frau

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Saya Can Nicht Nyarios Boso Sundo (Versi Deutsch & Bahasa)

14 Januari 2012   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13265254281014998564

Bagian atas : versi Jerman. Bagian Bawah: versi Indonesia. Fast 6 Jahre wohne ich in einer Regenstadt, das heiβt Bogor. Die Niederlande nannten es als Buitenzorg. Hier spricht immer Eingeborener auf Sundanisch. Aber ich kann davon fast gar nicht verstehen. Wieso?..... OK, hier ist die Geschichte. Ich bin eine Javanerin, und spreche ich sehr gut auf Javanisch (natürlich, das ist meine Muttersprache). Bahasa ? Hmmm... Bin ich Indonesierin? Ja! Also muss ich nicht mehr diese Frage antworten. Englisch? Mein Englisch is nicht so gut, aber nicht so schlimm. Und dann..... Als bin ich in Malang waren (2000-2005), ich hatte einige Freunde von Sunda. Manchmal habe sie auf Sundanish gesprochen. Ich habe nicht davon verstanden, aber diese Sprache gefällt mir sehr gut. Eines Tages möchte ich Sundanisch lernen. Endlich bin ich am 2005 nach Bogor umgezogen! Moin moin, West Java! Moin moin Sundanisch! Aber..... Alle sind verschiedene.. Hier sprechen nicht die Luete wie meine Freunde. Ich finde, ihre Sprache ist ziemlich rau. Zum Beispiel : Sie benutzen „aing“ für ich, und „sia“ für du. Das ist am schlimmsten Wort. Eigentlich kann man „urang“ und „maneh“ benutze. Oder kann man „abdi“ und „anjen“ benutzen, die sind am besten Wörter (Hochsundanisch). Und dann habe ich keine Lust mehr, Sundanish zu lernen. Außerdem spricht man fast immer in meiner Universität auf Bahasa. Und verheirate ich einen Javaner. Also brauche ich kein Sundanisch. Und jetzt.... Ich arbeite in einem Arbeitsplatz, wo viele Männer auf Sundanisch sprechen. Also denke ich „das ist besser, wenn ich sie verstehen kann“. Ich versuche ein bisschen Sundanisch lernen. Manchmal frage ich meine Kollege, manchmal höre ich ihre Gespräche. 2 Freundinen von mir möchten auch Sundanisch verstehen, und hören wir die Gespräche zusammen. Manchmal können wir davon ein bisschen verstehen, aber manchmal gar nicht. Für uns, es gibt zwei Typen, wenn die Leute sprechen : Die einfache, wir nennen es „American-Sundanisch“. Die schwere, wir nennen es „British-Sundanisch“. Kann ich jetzt besser Sundanisch verstehen? Ich bin nicht sicher.... aber ich versuche noch immer. Sudah hampir genap 6 tahun saya tinggal di kota hujan ini, Bogor. Para penjajah Belanda tempo doeloe menyebutnya dengan “Buitenzorg”. Para penduduk asli di sini menggunakan Bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari (ya tentu saja, wong memang itu bahasa ibu mereka). Terus kok bisa-bisanya saya sudah lama tinggal  di sini tapi tetap ndak mudheng dengan Bahasa Sunda? Ini ceritanya… Saya ini asli  Jawa tulen, 100%. Eh, tapi ga tau juga ding, karena beberapa om dan saudara saya dari bapak, tampan-tampan dan cantik-cantik seperti keturunan Arab atau India. Kebetulan saya termasuk yang „mlesek“ seperti ini (ngarep blesteran..hahaha).. Karena saya wong jowo, ya tentu saja saya bisa ngomong jowo, mulai dari ngoko, kromo sampai kromo inggil (di kategori terakhir ini saya kurang bagus). Bahasa Indonesia? Lhooo.. saya ini kan ya pernah „makan“ bangku sekolahan, yo pastilah bisa! Meski dari tata bahasa sering salah kaprah, sih.. Bahasa Inggris? Walau agak gagap, bisalah… Dan pada suatu saat… Saya tinggal di kota Malang selama 5 tahun, karena saya kuliah di sana. Saya punya beberapa teman yang berasal dari Sunda (sinonim dari Jawa Barat), dan seringkali saya mendengarkan mereka bicara dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Tapi entah kenapa saya merasa sangat tertarik, dan berniat mempelajarinya di suatu saat nanti. Pada tahun 2005, saya boyongan ke Bogor untuk keperluan sekolah. Dalam hati saya bersorak-sorai, “ahay!  akhirnya saya akan ke tanah sunda, dan akan belajar Bahasa Sunda”. Tapi… ternyata eh ternyata.. Sewaktu saya sampai di sini, bahasa yang mereka gunakan lumayan berbeda dengan bahasa yang digunakan teman-teman saya waktu itu. Saya ndak mudheng juga, sih. Tapi saya bisa merasakan aura ‘agak kasar’ dalam kalimat-kalimatnya. Mungkin seperti bahasa Suroboyoan kalau di dearah Jawa Timur. Contohnya: mereka menggunakan “aing” untuk mengatakan aku, dan “sia” untuk kamu. Padahal masih ada yang lebih halus lagi, misalnya “urang” dan “maneh”, atau bisa juga menggunakan “abdi” dan “anjen”. Abdi-anjen ini digunakan dalam kromo inggil-nya Sunda. Selain pemilihan kata yang diabil dari strata bahasa paling bawah, cengkok dan nadanya juga terdengar berbeda dan saya agak kurang “sreg”. Dan sejak itu saya kehilangan minat saya untuk mempelajarinnya. Apalagi, di kampus saya kebanyakan menggunakan Bahasa Indonesia. Terus ditambah pula saya menikah dengan pria keren yang “jowo asli” juga. Jadi, saya merasa baik-baik saja walau tidak mengerti Bahasa Sunda. Namun saat ini…. Saya bekerja di suatu tempat, dimana banyak sekali orang yang berbicara dalam Bahasa Sunda. Setiap hari saya mendengarnya. Jadi saya berpikir ada baiknya juga saya mempelajari bahasa ini untuk menjalin komunikasi yang lebih baik. Saya pun mulai bertanya-tanya kepada rekan kerja kalo misal ada kata yang menarik dan saya tidak tahu artinya. Atau kadang-kadang saya mendengarkan saja percakapan mereka. 2 rekan satu tim saya ternyata juga tidak bisa berbahasa Sunda. Yang satu, galur Jawa asli dari daerah Bajul-Kesupen alias Boyolali. Yang satu lagi, 100% galur dari Menado. Meski mereka lahir dan dibesarkan di tanah Sunda, pengetahuan mereka tentang Bahasa Sunda tidak bisa dibanggakan. Akhirnya kadang-kadang kami mendengarkan bersama-sama percakapan teman yang lain dalam Bahasa Sunda, dan kemudian berdiskusi mencoba menebak apa isi pembicaraan tersebut. Kami membagi percakapan-percakapan tersebut menjadi 2 tipe. Tipe pertama adalah tipe yang relative agak bisa kami mengerti, kami menyebutnya Sunda-Amerika. Kemudian tipe kedua adalah tipe yang aroma Sundanya sangat kental dan diucapkan dengan sangat cepat, kami memberinya istilah Sunda-British, yang ini kami kesusahan untuk mengerti. Kemudian kalau sekarang anda bertanya kepada saya, apakah saya sudah lebih bisa memahami Bahasa Sunda? Ya ndak juga..hehehe… Tapi insyaAllah saya akan tetap berusaha. J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun