Mohon tunggu...
Franz Nugraha Gunawan
Franz Nugraha Gunawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA

LAKI2, murid SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Warga Berumuran Lansia Dibanding Umur Produktif Jepang

31 Maret 2023   14:07 Diperbarui: 31 Maret 2023   14:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       

Saat ini tingkat keturunan yang dihasilkan warga negara Jepang menurun dalam perjalanan Tahun. mereka yang berada di pertengahan 30 hingga 40-an kesulitan mendapatkan pekerjaan penuh waktu. Sehingga, banyak masyarakat yang menerima kerja paruh waktu atau non-kontrak dengan gaji yang rendah. Kutipan dari Liputan6 dan data dari Buku Tahunan Demografis PBB,  pemerintah Jepang berharap agar angka kelahiran bisa meningkat hingga Namun semenjak 2019 Jepang mengalami penurunan angka kelahiran bayi hingga sekitar 5,9 persen tahun ini. Rasio anak-anak dalam populasi keseluruhan juga berada di titik terendah, 11.9 %, setelah 47 tahun mengalami penurunan. Sehingga jumlah warga yang berumuran 30-40 an semakin banyak walau warga yang berusia produktif hingga masa pelajar mengurang.

Penurunan tingkat kelahiran, kutipan dari detik.com, karena permasalahan generasi muda yang kurang mendukung warga untuk menghasilkan sebuah keturunan dengan rasa takut anak mereka akan salah jalan. Namun, pada sebuah tulisan yang diterbitkan oleh the Atlantic, ada alasan lebih sederhana dari hal ini, yakni sedikitnya peluang kerja yang bagus pada kaum muda Jepang, khususnya laki-laki dan ketidakstabilan peluang ekonomi. Peluang ekonomi yang tidak stabil ini berakar dari tren yang lebih besar dan bersifat global, yaitu munculnya lapangan kerja yang tidak tetap. Penghasilan yang mereka mendapatkan dari lapangan kerja di Jepang belum dapat mencukupi biaya hidup mereka, warga Jepang jadi tidak termotivasi untuk mendapatkan keturunan yang akan meningkatkan biaya hidup dan dengan alasan takut "mereka akan salah jalan dan tidak dapat mendapatkan pekerjaan".

Akibat dari penurunan tingkat kelahiran, munculnya banyak warga yang berumuran 30-40 an yang tidak dapat mencari pekerjaan yang menjadi permasalahan ekonomi. Biaya hidup di Jepang sudah mahal tambah dengan kekurangan penghasilan nafkah, warga jepang hingga tega mencari jodoh untuk menambah biaya hidup hingga tingkat kelahiran dan juga warga berusia produktif berkurang drastis meninggalkan banyak ruang lapangan kerja. Sistem ekonomi Jepang jadi rusak lapangan kerja luang namun tidak memiliki pekerja untuk mengambil posisi tersebut. Hingga kelebihan warga berusia lansia dibanding usia produktif akan mempengaruhi perekonomian jepang.

Dengan penurunan tingkat kelahiran yang tidak terhentikan, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah turunnya angka kelahiran di negaranya, mulai dari sosialisasi mengenai pentingnya membangun keluarga, menambah layanan penitipan anak, hingga mendorong work-life balance. Namun, yang paling tak biasa, pemerintah juga menyediakan "layanan perjodohan untuk warganya". Dilansir dari CBS News, masyarakat di Prefektur Miyagi bisa mendapatkan pasangan melalui layanan perjodohan yang didukung teknologi, layanan tersebut disediakan oleh pemerintah. Tidak hanya di Miyagi, di Ehime, otoritas regional menawarkan sistem perjodohan dengan bantuan AI. Sementara di wilayah Miyazaki, proses perjodohan ini menggunakan cara yang lebih tradisional, yaitu dengan mengarahkan calon pasangan untuk bertukar surat tulisan tangan.

Menurut saya solusi yang dilakukan pemerintah sudah baik, terutama yang menjodohkan melalui surat tangan atau AI tanpa memaksa, sampai sekarang belum terdapat kasus atau pembahasan warga Jepang menolak sistem penjodohan. Salah satu faktor yang mendukung adalah pemerintah akan menutupi sebagian biaya untuk melahirkan dan biaya hidup anak.
                               sumber:
       1. Prasasti, Giovani Dio. (2019, December 28), Angka Kelahiran di Jepang Merosot pada 2019, liputan6
https://www.liputan6.com/health/read/4142941/angka-kelahiran-di-jepang-merosot-pada-2019

      2. Aisyah, Novia. (2021, September 23), Ini Penyebab Jepang Alami Penurunan Jumlah Penduduk, Siswa Sudah Tahu?, detik.edu

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5735856/ini-penyebab-jepang-alami-penurunan-jumlah-penduduk-siswa-sudah-tahu

      3. Salsabilla, Rindi.(2023, February 23), Pemerintah Jepang Mau Jodohkan Warganya yang Pada Ogah Nikah. CNBC Indonesia

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230223154656-33-416419/pemerintah-jepang-mau-jodohkan-warganya-yang-pada-ogah-nikah

       4. Benedikta, Miranti T.V. (2023, February 23), Atasi Resesi Seks, Pemerintah Jepang Berusaha Keras Jodohkan Warganya. liputan6

https://www.liputan6.com/global/read/5215367/atasi-resesi-seks-pemerintah-jepang-berusaha-keras-jodohkan-warganya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun