Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan daya tarik wisata dan budaya yang banyak diminati masyarakat, terlihat dari banyaknya wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang berdatangan. Dari data Dinas Pariwisata Provinsi DIY pada jenjang tahun 2010-2014 terdapat sebanyak 3.346.180 wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta  (Dinas Pariwisata DIY,2014:21). Yogyakarta menawarkan banyak obyek wisata mulai dari wisata alam, wisata budaya, hingga wisata kuliner. Banyaknya penawaran wisata banyak juga wisatawan yang hendak untuk memilih bermalam atau menginap di tempat penginapan yang ada di Yogyakarta.
Sebagai penunjang bagi wisatawan, maka banyak bermunculan hotel-hotel yang berkembang di Yogyakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah hotel khusus di Yogyakarta hingga awal 2014 tercatat 339 hotel, terdiri atas 43 hotel berbintang dan 356 hotel non-bintang. Menjamurnya hotel di Yogyakarta memberikan dampak bagi lingkungan dan masyarakat yang beada disekitar hotel. Salah satunya pemberitaan di detik.com edisi hari Rabu 22 April 2015 berjudul "Maraknya Pembangunan Hotel Rusak Keistimewaan Yogyakarta" yang menceritakan keistimewaan Yogyakarta yang rusak karena sering terjadi pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan. Ungkapan tersebut dilontarkan oleh Direktur Center for Integrated Development and Rural Studies, Francis Wahono.
"Mal-mal dan hotel hanya jadi tontonan tak elok di tengah rakyat yang setia mengawal keistimewaan Ygyakarta saat ini, mereka tidak mendapatkan apa-apa dari pembangunan tersebut" (Detik.com , 22 April 2015)
Sementara itu muncullah aksi protes dari warga yang terkena dampak dari pembangunan hotel. Dalam pemberitaan di detik.com edisi yang sama seorang aktivis Gerakan Jogja Asat, Dodok Putra Bangsa warga kampung Miliran, Umbulharjo Kota Yogyakarta mengungkapkan selama puluhan tahun tinggal di kampong Miliran tidak pernah mengalami kekeringan atau sumur kering di saat musim kemarau, namun semenjak berdiri salah satu hotel di daerah Jalan Kusumanegara warga sekitar mengalami kekeringan di saat musim kemarau.
 "Sejak hotel beroperasi 2012 lalu, sumur warga jadi kering. Padahal sejak saya hidup di sini dari kecil sumur tidak pernah kering meski musim kamarau."(Detik.com, 22 April 2015).
Jurnalisme lingkungan merupakan salah satu jurnalisme yang mengangkat tentang kesinambungan lingkungan hidup (Abrar,1993:9). Salah satu situs online yang mengangkat perihal lingkungan adalah situs Mongabay.co.id. Situs Mongabay.co.id membuat sebuah artikel berjudul "Pembangunan Hotel dan Mal di Yogyakarta Merusak Lingkungan. Mengapa?" yang berisikan tentang fenomena yang terjadi di desa Miliran yang air sumurnya mengering karena adanya bangunan hotel. Mongabay.co.id merupakan situs berita dan informasi online yang mengangkat isu-isu lingkungan yang ada di Indonesia. Pembahasan kali ini berusaha mengungkapkan apa sebenarnya jurnalisme lingkungan dan apa yang menarik dari jurnalisme lingkungan.
Pembahasan kali ini menggunakan teori jurnalisme lingkungan. Pengertian jurnalisme lingkungan adalah jurnalisme yang berpihak kepada kesinambungan lingkungan hidup yang artinya penulisan beritanya doirientasikan kepada pemeliharaan lingkungan hidup sekarang agar bisa diwarisi oleh generasi berikutnya dalam keadaan yang sama, bahkan kalau bisa lebih baik lagi (Abrar,1993:9). Selain itu mempertimbangkan opini masyarakat dalam menulis berita lingkungan hidup. Masyarakat memiliki opini yang umum mengenai lingkungan sehingga wartawan lingkungan hidup agar berita yang ditulisnya bermanfaat bagi masyarakat sebaiknya mempertimbangkan opini masyarakat (Abrar, 1993:21). Opini masyarakat yang bisa dipertimbangkan adalah opini yang mewakili kepentingan orang banyak (Abrar,1993:25).
Berdasarkan teori yang digunakan, jurnalis berusaha mengangkat opini dari masyarakat Desa Miliran yang terkena dampak dari adanya bangunan hotel. Selain mengambil masyarakat sebagai sumber, jurnalis juga bertanya kepada pihak yang juga terlibat dalam kasus pembangunan hotel sehingga menciptakan cerita dari beberapa sisi.
Tommy Apriando, merupakan salah satu jurnalis yang bekerja pada Mongabay.co.id, yaitu sebuah media yang mengangkat pemberitaan mengenai lingkungan. Sehingga isu pemberitaan yang diangkat oleh media tersebut dapat disebut sebagai jurnalisme lingkungan. Jurnalisme lingkungan sendiri menurut Tommy, tidak berbeda dengan jurnalisme yang lainnya. Semua jurnalisme pada dasarnya sama saja, yang membedakan hanyalah isu yang diangkat dan dibahas.
Pada 29 April 2015, Tommy telah merilis sebuah berita bertema lingkungan. Berita dengan judul "Pembangunan Hotel dan Mall di Yogyakrta Merusak Lingkungan. Mengapa? " ini mengangkat isu lingkungan mengenai pembangunan hotel dan mall di Yogyakarta. Pembangunan tersebut meresahkan masyarakat lantaran, dampak dari pembangunan tersebut terhadap kondisi air sumur warga di Kampung Miliran, daerah sekitar Hotel Fave.
 Menurut laporan, pihak hotel tersebut tidak melakukan pengurusan perijinan pengambilan air tanah dan tidak melakukan sosialisasi secara jujur kepada warga. Sehingga, warga menyalahkan pihak hoteldengan melakukan aksi demo, membuat laporan ke pemerintah, dan membentuk sebuah aliansi lintas wilayah dan organisasi se- DIY bernama 'Warga Berdaya', serta menggelar diskusi dan kajian.