Mohon tunggu...
Fransis No Awe
Fransis No Awe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Peminat Kajian Budaya, Politik, Sastra dan Film

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Respondeo Ergo Sum (Aku Bertanggung Jawab, Maka Aku Ada)

20 Oktober 2014   16:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam bukunya “Totalitas dan Tak Berhingga”, Emanuel Levinas mengeritik metode fenomenologi Husserl dan Heidegger. Levinas secara tajam mengeritik pemikiran Heidegger yang pertama tentang “Ada dan Waktu”. Levinas menyetujui pemikiran Heidegger dalam membelokkan intensionalitas ke arah suatu ontologi yang baru yakni suatu filsafat tentang “Yang Ada”. Tetapi dalam bukunya De L’ existence al’ existant, Levinas mengeritik bahwa “Ada” pada pemikiran Heidegger terlalu anonim karena dimensi etisnya sangat kurang.Levinas juga mengeritik intensionalitas pada pemikiran Husserl. Menurut Levinas ajaran Husserl tentang intensionalitas terdapat konsepsi terlalu intelektualistis tentang intuisi. Intensionalitas disamakan dengan sikap teoritis saja. Levinas mencoba mengatasi intelektualisme ini dengan menerapkan intensionalitas dalam bidang non-teoritis yaitu relasi etis. Sedangkan intensionalitas Husserl terbatas pada bidang pengenalan saja. Istilah yang pertama; totalita, bagi Levinas mempunyai nada yang kurang baik. Seluruh filsafat barat selama ini mengejar totalitas artinya filsafat ingin membangun suatu keseluruhan yang berpangkal pada ego sebagai pusatnya. Karena tradisi filosofis ini selalu bertolak dari “Aku dan kembali pada “Aku”, maka cara berpikir serupa itu oleh Levinas disebut juga La philosophie du Même (the philosophie of the same).

“Ada” dimengerti sebagai “imanensi” atau “interioritas. Bagi idealisme Ada itu sama dengan kesadaran yang mengkonstitusikan dirinya sendiri. Yang lain hanya ada karena dan bagi kesadaran-diri. Filsafat yang ditandai oleh totalisasi itu, oleh Levinas disebut juga “ ontologi”. Totalitas itu didobrak oleh “yang tak berhingga”. “Yang tak berhingga” itu adalah orang lain (Autrui, l’Autre).Totalitas yang saya susun dengan seksama, langsung pecah dalam perjumpaan dengan orang lain. Untuk merumuskan hal itu Levinas menciptakan suatu istilah filosofis yang baru yakni “Wajah”. Saya berjumpa dengan yang tak berhingga karena penampakan wajah (l’èpiphanie du visage). “Wajah” disini bukan suatu hal fisis atau empiris, seperti keseluruhan yang terdiri dari hidung,bibir, dagu, dan seterusnya. Seandainya sama dengan sesuatu yang bersifat empiris, Wajah akan termasuk totalitas juga. Tetapi yang dimaksudkannya orang lain sebagai lain, orang lain menurut keberlainannya. Jadi, kualitas-kualitas fisis atau psikis yang bisa tampak pada sebuah wajah (tampan, muda, cemerlang, dan lain-lain) tidak penting bagi dia. Yang dimaksudkan ialah le visage nu: wajah telanjang; artinya wajah begitu saja, wajah dalam keadaan polos. Wajah itu menyatakan diri sebagai visage signifiant.

Menurut Levinas adanya sesama manusia, belum pernah dipikirkan dengan semestinya. Adanya sesama manusia merupakan suatu fenomena sui generis, suatu fenomena yang sama sekali unik yang tidak dapat diasalkan dari atau kepada sesuatu yang lain. Dengan orang lain tampak suatu eksterioritas, suatu transendensi. Untuk dapat berjumpa dengan dia saya harus keluar dari imanensi saya. Ia membuka suatu dimensi tak berhingga bagi saya. Jadi orang lain itu bukan alter ego, bukan aku yang lain. Saya tidak dapat dapat mendekati dia dengan bertitik tolak dari “aku”. Dia lain sama sekali.Orang lain adalah si pendatang, orang asing (l’Etranger).Saya harus mendatangi dia dan keluar dari ego saya karena ia membuka dimensi yang tak berhingga bagi saya.

Bagi Levinas, penampakan wajah merupakan moment/kejadian etis. Penampakan wajah itu sekaligus menyapa dan meruntuhkan egoisme saya. Wajah itu mewajibkan saya untuk mempraktekkan keadilan dan kebaikan. Walaupun demikian menurutnya, kewajiban etis itu bersifat asimetris dalam arti bahwa tidak ada resiprositas. Relasi yang dibangun tidaklah berdasarkan prinsip “Do ut des”. Tampilnya orang lain mengakibatkan saya bertanggung jawab. Saya bertanggung jawab tidak saja atas apa yang saya lakukan melainkan juga atas apa yang dilakukan orang lain. Bahkan saya harus bertanggungjawab terhadap pertanggungjawaban orang lain.Dengan demikian bagi Levinas, subyektivitas yang terjadi bukanlah Pour soi (bagi dirinya sendiri) melainkan L’un-pour-l’autre (seorang-untuk orang lain). Subyek menjadi subyek karena bertanggungjawab atas orang lain.Sehingga pertanggungjawaban saya tidak dapat diukur menurut kebebasan saya. Saya juga bertangung jawab atas apa yang saya tidak perbuat, malah atas apa yang diperbuat orang terhadap saya. Kalau Descartes mengatakan Cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada) sementara Levinas mengatakan Respondeo ergo sum (aku bertanggung jawab, jadi aku ada). Sesama (orang lain) itu dipahami sebagai titipan Yang Tak Berhingga di atasnya kita bertanggung jawab. Tanggung jawab itu muncul ketika saya berhadapan muka dengan yang lain. Dengan situasi ini maka saya bertanggung jawab total terhadap orang lain itu. Dengan demikian saya tidak tenggelam dalam pasivitas total melainkan menjadi aktif. Mengarahkan muka kepada orang lain, bukan karena dia menyapa saya (Le dire) tetapi juga apa yang dikatakannya (Le dit). Karena itu saya mempertimbangkan, merefleksikan bagaimana membagi perhatian, waktu, energi, dan harta benda saya bagig yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun