Mohon tunggu...
Fransiskus Rahas
Fransiskus Rahas Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

saya suka berbagi pengalaman tentang pendidikan dan life style

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Berpihak pada Murid

7 Januari 2025   12:43 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Bahasa SMAN 2 Kupang (Juli 2024)

Tantangan yang dihadapi guru di sekolah dalam pembelajaran saat ini adalah  mewujudkan proses pembelajaran yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sudah saatnya, pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk menguasai berbagai kompetensi yang berguna untuk memasuki dunia kerja serta menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat berkontribusi untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan  kebhinekaan global. Hal ini sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar dimana sekolah harus mampu menghasilkan Profil Lulusan Pelajar Pancasila yang kompeten sesuai dengan Capaian Pembelajaran. Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau mengembangkan berbagai alternatif pembelajaran, bentuk pembelajaran (presentasi, responsi/tutorial, seminar, dan praktikum) dan metode pengajaran (berbasis masalah, berbasis proyek, dan penelitian).

Namun kenyataannya, pembelajaran Bahasa Inggris di SMAN 2 Kota Kupang belum  memberikan kemerdekaan belajar bagi siswa. Guru belum menerapkan upaya konkrit dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran, kekurangan waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, dan tidak tersedianya biaya. Dari hasil diskusi dengan siswa, didapatkan fakta bahwa siswa merasa terkekang oleh kehadiran guru di dalam kelas dengan ketiadaan alternatif pembelajaran, minim variasi bentuk pembelajaran dan kurangnya metode pengajaran.

Untuk mendorong kemerdekaan belajar, menarik minat murid untuk mau belajar dan konsisten mengikuti pembelajaran pada siswa, guru wajib membuat kesepakatan kelas di awal pembelajaran. Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerjasama membentuk kegiatan belajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tetapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun secara bersama-sama antara guru dan murid. Lewat kesepakatan kelas, setiap anak diminta menuliskan kondisi kelas yang diinginkan. Hal ini mendorong anak belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.

Setelah dibuat kesepakatan kelas, guru perlu membuat asesmen diagnostik untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, dan keterampilan serta pengetahuan siswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Untuk asesmen diagnostik non kognitif, setiap siswa dibagikan kuesioner yang berisikan 14 (empat belas) pertanyaan yang harus dijawab siswa untuk memetakan gaya belajar siswa. Untuk siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual dengan memanfaatkan kemampuan visual, dipetakan dalam gaya belajar visual. Untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditori dan  memiliki kecenderungan mempelajari materi dengan mendengarkan, dipetakan dalam gaya belajar audio. Untuk siswa yang memiliki kecendrungan belajar kinestetik dengan kemampuan mengutak-atik atau memanipulasi materi, dipetakan dalam gaya belajar kinestetik. (asesment diagnostik non kognitif).

Selanjutnya guru mengadakan asesmen diagnostik kognitif dengan mengisi pertanyaan pilihan ganda untuk menguji pemahaman siswa tentang Kompetensi Dasar di pelajaran sebelumnya.  Dari assessment diperoleh hasil terdapat 9 (Sembilan) siswa yang memahami 2 (dua)  Kompetensi Dasar dan perlu dilakukan remedial di seluruh bagian pembelajaran.  Terdapat sejumlah 20 (dua puluh) siswa yang memahami 3 (tiga) kompetensi dasar dan perlu  remedial di bagian tertentu pada tujuan pembelajaran yang belum tuntas. Dan hanya terdapat 6 (enam) siswa yang memahami 5 (lima) kompetensi dasar dan tidak perlu dilakukan remedial.

Berdasarkan hasil asesmen diagnostik non kognitif dan diskusi dengan siswa, pembelajaran model konvensional yang ditandai dengan ceramah  dan diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan, dirasakan tidak menarik dimana siswa hanya pasif pada satu sumber belajar. Siswa membutuhkan suatu wahana belajar untuk berkreasi dan belajar yang berpusat pada siswa dan guru hadir sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru menerapkan wahana belajar media tik tok dengan mengelaborasi model pembelajaran berbasis proyek dan strategi pembelajaran berdiferensiasi.

Tahapan pembelajaran dilanjutkan dengan membentuk kelompok sesuai dengan pemetaan dari asesmen diagnostik. Siswa dibagi sesuai dengan gaya belajar auditori, visual dan kinestetik. Semua kelompok diberikan materi pembelajaran tentang ekspresi meminta dan memberikan pendapat  yang diperoleh dari buku pelajaran,  Youtube dan aplikasi online lainnya dan diikuti pemberian pertanyaan yang mengandung permasalahan yang harus dipecahkan dan menghasilkan sebuah produk dan mendorong siswa untuk melakukan investigasi yang mendalam. Karakter dan kompetensi Pelajar pancasila yang diharapkan dalam tahapan ini Mandiri, bergotong royong, dan berpikir kritis.

Tahapan selanjutnya adalah  Mendesain perencanaan proyek dimana secara kolaboratif siswa memilih aktivitas yang beragam sesuai kebutuhan siswa untuk menyelesaikan proyek yang dimaksud. Untuk mendukung desain proyek, Guru meminta kepada siswa dengan gaya belajar auditori, membaca bahan ajar yang ada di buku, dan guru mengajak anak berdiskusi  secara verbal dan memberikan penjelasan lisan di dalam kelas. Siswa dengan gaya belajar kinestetik, desain proyek dikembangkan dalam referensi yang ada di perpustakaan. Untuk siswa dengan gaya visual, desain proyek dikembangkan melalui ketrampilan multi media di laboratorium komputer. Karakter dan kompetensi Pelajar pancasila yang diharapkan dalam tahapan ini Mandiri, bergotong royong, kreatif dan berpikir kritis.

Tahapan selanjutnya adalah menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek dengan menetapkan timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, membimbing peserta didik ketika mereka membuat proyek, dan membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan proyek. Karakter dan kompetensi Pelajar pancasila yang diharapkan dalam tahapan ini Mandiri, bergotong royong, kreatif, berkebinekaan global, dan berpikir kritis.

Tahapan selanjutnya adalah  melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Karakter dan kompetensi Pelajar pancasila yang diharapkan dalam tahapan ini adalah Mandiri, bergotong royong, dan berpikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun