Permasalahan pertama, Semula merupakan daerah terpencil, terdapat SD tertinggal dengan kondisi memprihatinkan, pembangunan infrastruktur yang belum merata dengan keadaan akses jalan dan bangunan yang belum layak, Listrik dan signal belum masuk. Masalah Kedua, sebagian besar anak di desa terpencil putus sekolah hanya sebatas SD dan SMP, hanya beberapa orang saja yang melanjut ke SMA. Anak-anak remaja di Desa sebagian besar lebih memilih membantu orang tua bekerja di hutan mencari kayu serta pertanian, bahkan ada yang menikah diusia muda.
Perjuangan para guru di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T seperti tak habis diceritakan. Beban rasio mengajar yang tidak ideal dan minimnya fasilitas termasuk kesejahteraan tidak memadamkan semangat untuk mendidik anak-anak bangsa di daerah-daerah terpencil in
Kurangnya tenaga pendidik di pedalaman karena sulitnya mencari pengajar yang mau mengajar di daerah terpencil dan sangat jarang sekali seorang sarjana mau menyumbangkan jasanya untuk mengajar didaerah pedalaman. Padahal masing-masing orang mempunyai hak untuk berpendidikan, akan tetapi pemerintah tidak membagi rata tenaga pendidikan yang baru lulusan sarjana sehingga banyak lulusan SMA terpaksa diangkat menjadi pengajar didaerah tersebut walaupun belum menempuh pendidikan didalam perkuliahan dikarnakan lulusan sarjana tidak ada yang ingin mendidik di daerah terpencil karna dari itu dapat disimpulkan bahwa diindonesia banyak yang pengangguran dikarnakan pendidikannya sangat minim.
"Saya yakin guru yang berperan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa masih ada di abad 21 ini. Apalagi guru-guru di pelosok atau di daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal), saya yakin ada sosok guru yang masih punya dedikasi luar biasa layaknya seorang pahlawan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H