Sore itu nampak cerah tak berawan sembari menunggu senja yang beranjak pergi pada peraduan.
 kapan harus ku ceritakan kisah ini, darimana harus ku memulai, seakan cepat berlalu seperti cahaya yangÂ
tak mampu terhitung persekian  detik.Â
Sosok itu yang membuat aku tak pernah bisa berdamai dengan waktu seakan cinta adalah hukumanÂ
yang paling berat seumur hidup ku. Selma, nama yang selalu ada di pikirkan ku dari waktu ke waktu.Â
di saat yang lain aku di panggil seorang teman dari luar lapangan Bola kaki sembari berteriak memanggil;Â
Seseorang sedang menunggu mu kawan!..Â
sembari bertanya - tanya siapa yang sedang menunggu ku.Â
Aku segera berlari keluar lapangan dan membersihkan diri sambil menuju, pelataran ruang rekreasi Asrama yangÂ
hening. Â Terlihat sekelompok gadis - gadis yang duduk sambil menunggu seseorang yang hendak mereka jumpai.Â
Selamat, sore,..
sembari melihat dia yang berada di pojok ruangan itu bersama beberapa orang lainnya.Â
 Situasi canggung membuat semua terdiam dan tak banyak bicara. hanya sekedar menatap dan tersenyum berdua.
bagaimana kabar mu?,... tanya ku sembari mencairkan suasana yang terasa kaku dan terlihat canggung. sesekali kami
menatap tanpa berbicara. seakan isyarat yang memberi tanda pada bahasa tubuh yang sedari tadi menanti perhatian.
kala itu, lonceng berbunyi isyarat jam belajar akan segera mulai. waktu menunjukan pukul 6 sore seakan sadar
berlalu begitu cepatnya. sambil cerita kecil itu menutup kesendirian kita berdua dengan kata yang diwarisakanÂ
Semesta antara dua insan yang saling mengungkap rasa dalam hati.Â
Gerbang Sekolah adalah saksi dari kesekian kalinya Cinta berkuasa atas segalanya. Aku kemudian memberanikanÂ
diri untuk bertanya;.........
lanjut part 2
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H