Mohon tunggu...
F. Hardiyomann
F. Hardiyomann Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah bagian dari cara membagikan pengetahuan

Buku adalah Jendela dunia maka perkayalah dirimu dengan membaca, Menulis menjadikan semua orang tahu bahwa berbagi pengetahuan itu indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ceritakan Kita di Langit Sore

13 September 2023   10:25 Diperbarui: 13 September 2023   10:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu nampak cerah tak berawan sembari menunggu senja yang beranjak pergi pada peraduan.

 kapan harus ku ceritakan kisah ini, darimana harus ku memulai, seakan cepat berlalu seperti cahaya yang 

tak mampu terhitung persekian  detik. 

Sosok itu yang membuat aku tak pernah bisa berdamai dengan waktu seakan cinta adalah hukuman 

yang paling berat seumur hidup ku. Selma, nama yang selalu ada di pikirkan ku dari waktu ke waktu. 

di saat yang lain aku di panggil seorang teman dari luar lapangan Bola kaki sembari berteriak memanggil; 

Seseorang sedang menunggu mu kawan!.. 

sembari bertanya - tanya siapa yang sedang menunggu ku. 

Aku segera berlari keluar lapangan dan membersihkan diri sambil menuju, pelataran ruang rekreasi Asrama yang 

hening.  Terlihat sekelompok gadis - gadis yang duduk sambil menunggu seseorang yang hendak mereka jumpai. 

Selamat, sore,..

sembari melihat dia yang berada di pojok ruangan itu bersama beberapa orang lainnya. 

 Situasi canggung membuat semua terdiam dan tak banyak bicara. hanya sekedar menatap dan tersenyum berdua.

bagaimana kabar mu?,... tanya ku sembari mencairkan suasana yang terasa kaku dan terlihat canggung. sesekali kami

menatap tanpa berbicara. seakan isyarat yang memberi tanda pada bahasa tubuh yang sedari tadi menanti perhatian.

kala itu, lonceng berbunyi isyarat jam belajar akan segera mulai. waktu menunjukan pukul 6 sore seakan sadar

berlalu begitu cepatnya. sambil cerita kecil itu menutup kesendirian kita berdua dengan kata yang diwarisakan 

Semesta antara dua insan yang saling mengungkap rasa dalam hati. 

Gerbang Sekolah adalah saksi dari kesekian kalinya Cinta berkuasa atas segalanya. Aku kemudian memberanikan 

diri untuk bertanya;.........


lanjut part 2


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun