Mohon tunggu...
Fransiskus K. Doken
Fransiskus K. Doken Mohon Tunggu... Jurnalis - Membangun Indonesia Dari Pinggiran

Bekerja di DP2KBP3A Kabupaten Flotim, NTT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hudu Hubak Pertemukan Suku Lamaewak dalam Ritual "Bua Orin"

28 Juni 2020   11:00 Diperbarui: 28 Juni 2020   11:06 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu suku yang ada di lewo Lango Belen Narawayong desa Adobala, yakni suku Lamaewak (Ape Kuun), pada Sabtu (27/06/2020) melakukan seremonial adat tahunan di Pondok Adat (Orin) sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang empunya suku tersebut.

Seremonial adat ini dinamakan 'bua orin' (makan bersama di pondok adat). Bua Orin tersebut dilakukan setahun dua kali, yaitu sebelum musim tanam (tubak mula) dan setelah panen hasil kebun (hudu hubak). Setelah dilakukan sebelumnya untuk musim tanam, seku Lamaewak Kembali mendaraskan pujiannya untuk leluhurnya melalui makan bersama di Pondok Adat (Orin). Pondok Adat yang menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar suku Lamaewak di sebut dengan 'Orin Ketuok'.

Pada acara Bua Orin ini, keluarga besar suku Lamaewak yang datng ke Orin Ketuok membawa serta Ayam (manuk) yang lebih dulu dibwa oleh kaum laki-laki (Ama Lake). Selain itu, juga disiapkan Tuak (Alkhol dari hasil irisan kelapa) yang nantinya digunakan untuk acara ritual Bau Lolon oleh pemangku adat suku Lamaewak.

Setelah sesajian itu terkumpulkan, pemangku adat suku Lamaewak, Mehene Lewo (Lewo Alape) duduk bersama di depan pondok adat pada  batu yang telah disiapkan (Nobo) untuk memulai ritual Bau Lolon bersama atau disebut 'Behin Muan Papa Muan'. Dalam upacara ini difasilitasi oleh Ana Opu sebagai Mehine Alape.

Selanjutnya pemangku suku tersulung (Bebeleka) dan Ana Opu lakukan pemotong ayam (Howak Manuk) sebagai bentuk sesajian untuk leluhur. Selanjutnya, semua ayam yang sudah terkumpulkan itu dipotong dan dimasak secara tradisional yang disebut dengan 'Manuk Tapo Sewut'( Daging Ayam dicampur dengan ampas kelapa).

Biasanya upacara makan bersama ini lakukan pada soreh hari. Menjelang soreh hari, kaum perempuan dari suku Lamaewak ini mulai berdatangan dengan membawa nasi (Wata Tah'ha) yang sudah dimasak dari rumah masing-masing untuk dikumpulkan bersama.

Setelah semuanya sudah terkumpul di pondok adat (Orin Ketuok), uapacara Bua Orin segera dimulai. Kaum laki-laki mempersiapkan fasilitas pendukung, seperti daun pisang (Muko Lolon), tempat duduk (Nobo), Tempurung (Keo) dan lain sebagainya. Kaum Perempuan juga menyiapkan segala keperluan, seperti nasi, piring, sendok dan lain sebagainya.

Semua persiapan sudaah stan bay, maka upacara seremonial adat Bua Orin akan segera dimulai. Upcara ini diawali dengan Bau Lolon bersama atau Behin Muan Papa Muan oleh Pemangku Adat Suku Lamaewak dan Lewo Alape yang dilakukan oleh Ana Opu sebagai Mehine Alape. 

Acara makan bersama di pondok adat (Orin Ketuok) mulai dilakukan oleh keluarga besar suku Lamaewak sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur lera wulan tana ekan sebagai wujud tertinggi kita di lamaholot. Upacara ini diakhiri juga dengan Behin Mua Papan Muan yang difasilitasi oleh Ana Opu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun