Mohon tunggu...
FRANSISKUS HERU
FRANSISKUS HERU Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis asal Kec. Sompak, Kab. Landak, Kalimantan Barat.

Membaca dan menulis berlaku seumur hidup. TERUSLAH SEMANGAT BELAJAR ! *Kelahiran Mangaro, 20 Oktober 1997 *Alumnus IKIP Budi Utomo Malang *Guru SDN 09 Galar *Content Writer di www.sdngalar09.sch.id *Blogger di Kompasiana *Artikel ilmiah terpublikasikan ejurnal.budiutomomalang.ac.id *Cerpen pernah diterbitkan Alinea *Email 1: fransiskusherumahatalino17@gmail.com *Email 2: fransiskusheru17.writer@gmail.com *WhatsApp: 082177482203

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Besar dari Salju dan Hujan Lebat bagi Bumi

14 Mei 2024   01:03 Diperbarui: 14 Mei 2024   01:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan. Sumber foto: Jawa Pos 

SALJU merupakan butiran-butiran kecil bekuan cairan berwarna putih yang jatuh dari langit.   

Sedangkan, hujan adalah air yang jatuh karena terbentuknya kumpulan awan-awan hitam.

Diketahui, Indonesia adalah salah satu negara di benua Asia yang merasakan iklim tropis dengan cuaca cerah, cuaca hujan, dan musim kemarau serta musim penghujan. 

Baru-baru ini, detikcom memberitakan dampak besar yang sangat berbahaya dari turunnya salju dan timbulnya hujan yang lebat bagi planet Bumi. 

Sebuah penelitian dari luar negeri yang sudah dilakukan, menyimpulkan salju dan hujan lebat diduga dapat menyebabkan gempa bumi.      

Dilansir detikInet (detikcom) kepada publik pada Sabtu (11/5/2024) bahwa: 

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Science Advances, para peneliti melaporkan bahwa salju dan hujan lebat kemungkinan besar berkontribusi terhadap serangkaian gempa selama beberapa tahun terakhir di Jepang bagian utara.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT). 

"Kami melihat bahwa hujan salju dan beban lingkungan lainnya di permukaan, berdampak pada kondisi tekanan di bawah tanah, dan waktu terjadinya curah hujan yang intens berkorelasi baik dengan dimulainya gelombang gempa ini," ungkap seorang penulis studi yang bernama William Frank, asisten profesor di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer dan Planet MIT, yang dikutip langsung seperti dalam artikel detikInet (detikcom) pada Minggu (12/5/2024).     

Penulis : Fransiskus Heru 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun