Puisi ini ditulis oleh Fransiskus Heru
Warna kulit-Mu yang sudah memudar.Â
Rambut kepala-Mu telah memutih.
Engkau pun berdiri enggak mampu.
Bahkan, rahang-Mu kembali seperti rahang balita.
***
Kotoran bola mata yang menumpuk, dan.....
Bola mata-Mu meneteskan air garam dari hutan.
Aku salut, karna engkau masih ingat.....
***