Coronaviruses disease atau Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus novel Corona 2019 - nCoVÂ yang ditetapkan oleh WHO sebagai global pandemi karena virus ini telah mewabah diseluruh negara di dunia dan virus ini mampu menginfeksi tubuh manusia (Kamadi & Bachtiar, 2020). Virus ini memiliki gejala seperti batuk, demam, sesak nafas yang dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut bahkan kematian (Tamimy, 2021). Tanggal 20 Januai 2020 organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus corona adalah keadaan darurat yang menjadi perhatian internasional, WHO melaporkan 34.886 kasus yang dikonfirmasi secara global dengan 34.589 di antaranya terjadi di Cina yaitu 6.101 termasuk kasus parah dan 723 kasus kematian (Kamadi & Bachtiar, 2020). Di Indonesia kasus Covid-19 telah terjadi sejak Maret 2020 kemudian menyebar ke beberapa provinsi hingga saat ini. Kebijakan pemerintah mengenai Social Distancing dan Work From Home dilakukan untuk mengurangi resiko transmisi virus antar manusia, selain itu pemerintah juga menghimbau kepada masyarakat untuk menetapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak 1-2 m, dan mencuci tangan.
Akibat pandemi Covid-19 di Indonesia ini membuat situasi menjadi kurang kondusif yang mampu menyebabkan berbagai kegiatan menjadi terhambat salah satunya pendidikan dan olahraga, sehingga pemerintah menetapkan sistem pembelajaran daring dan membatasi aktivitas berlebih diluar rumah sebagai upaya pemerintahan dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Covid-19 (Tamimy, 2021). Hal tersebut berdampak pada manusia salah satunya tingkat remaja yang merupakan masa dimana terjadinya peralihan dari anak - anak menuju dewasa. Pada masa ini seorang remaja mengalami perkembangan fisik, psikologis, dan pola identifikasi dari anak - anak ke dewasa (Leonardo et al., 2021).
Dengan dilarangnya kegiatan berlebih diluar rumah terjadi perubahan gaya hidup yang kurang sehat terjadi pada remaja seperti menghabiskan waktunya hanya didalam rumah yaitu dengan sekolah Online, bermain Games dan makan makanan Junk Food dan Fast Food, sehingga remaja saat ini banyak yang mengalami obesitas atau berlebihnya berat badan (Sibarani, 2020). Kegiatan daring merupakan faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik seperti ada beberapa mata pelajaran yang mengharuskan tugas dikerjakan secara daring yang menyebabkan menyita waktu beraktivitas fisik (Tamimy, 2021).
Obesitas atau berat badan lebih adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak seimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu yang lama (WHO, 2000). Obesitas juga merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan penanganan segera. Penyebab terjadinya obesitas dipengaruhi dari beberapa faktor seperti keturunan, aktivitas fisik, pola makan dan istirahat atau tidur. Seperti pola makan yang tidak teratur resiko menyebabkan obesitas karena pengonsumsian makan yang berminyak, tinggi garam, gula, lemak, santan serta sering mengonsumsi cemilan, tidak sarapan dan menambah porsi makan pada malam hari sehingga jam makan akan menjadi berantakan serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Selain itu kurangnya aktivitas fisik atau perilaku sedentari juga dapat menyebabkan obesitas yaitu berbaring atau duduk dalam waktu lama, menonton televisi, beramain video game, menggunakan kendaraan meskipun jaraknya dekat. Pola tidur dan istirahat juga dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga rasa lapar tidak terkontrol jika kuantitas dan kualitas tidur seseorang terganggu maka akan mempengaruhi keseimbangan berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Apabila obesitas tidak ditangani dengan baik akan berdampak sangat merugikan bagi kesehatan penderita di masa yang akan datang, obesitas juga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan meningkatkan pengeluaran dana bagi kesehatannya sebab obesitas merupakan awalan dari beberapa penyakit degeneratif yang dapat mematikan seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus, cancer, Alzheimer, sleep apnea (henti nafas saat tidur), hingga tidak jarang obesitas sebagai penyebab kematian dini atau kematian usia muda (Mustofa et al., 2021).
Dampak dari terjadinya penurunan aktivitas fisik yang disebabkan oleh terbatasnya aktivitas berlebih diluar sehingga World Health Organization (WHO) menetapkan pedoman yang jelas tentang minimal aktivitas fisik yang harus dilakukan selama pandemi Covid-19Â untuk menjaga kesehatan tubuh. Seseorang dengan usia 18Â - 64 tahun, yang banyak terinfeksi Covid-19 maka melakukan aktivitas fisik setidaknya minial 150 menit untuk aktivitas sedang atau 75 menit untuk aktivitas berat dan sebaiknya dilakukan secara rutin dengan durasi seminggu tiga kali atau lebih minimal dilakukan 30 menit setiap harinya (Sibarani, 2020). Aktivitas fisik akan lebih berdampak positif apabila didukung dengan asupan gizi yang tepat. Banyak cara untuk meningkatkan aktivitas fisik selama pandemi Covid-19 seperti senam aerobic, zumba, yoga, sepeda statis, treadmill, dan lain - lain. Aktivitas fisik yang teratur sangat bermanfaat bagi kesehatan seseorang dimasa pandemi Covid-19 dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi resiko depresi selama pandemi (Mutia et al., 2022).
REFERENSI
Kamadi, L., & Bachtiar, I. (2020). PKM Pelatihan Aktivitas Fisik Selama Masa Pandemi Covid-19 Bagi Guru-Guru SMA Negeri 2 Pinrang. 19, 958--961.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. In Jurnal Kesehatan (pp. 1--8). http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/factsheet-obesitas-kit-informasi-obesitas
Leonardo, C., Dary, & Dese, D. C. (2021). Gambaran Status Gizi dan Aktivitas Fisik Remaja Selama Pandemi COVID-19. J Urnal Keperawatan Muhammadiyah, 8(1), 51.
Mustofa, F. L., Husna, I., Hermawan, D., & Langki, S. S. (2021). Gambaran Angka Kenaikan Berat Badan Saat Masa Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 8(1), 73--80. https://doi.org/10.33024/jikk.v8i1.4026