Mohon tunggu...
Fransiska Arifatullaily
Fransiska Arifatullaily Mohon Tunggu... Mahasiswa - wanita

Selalu bersyukur apapun yang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Suku Tengger yang Hidup di Lereng Gunung Bromo dan Gunung Semeru

7 Juni 2021   20:58 Diperbarui: 7 Juni 2021   21:47 2580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung aktif. Diantara banyaknya gunung berapi yang ada di Indonesia Gunung Bromo dan Gunung Semeru menjadi objek wisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Gunung Bromo dan Gunung Semeru merupakan dua gunung yang berada di provinsi Jawa Timur. Gunung ini menjadi ikon Jawa Timur karena gunung ini menjadi wisata bagi banya orang dinegara dan mancanegara. "Masyarakat didalam negeri dan diluar negeri sering ke gunung ini untuk sekedar berfoto-foto atau untuk melakukan pendakian",(2/6/21) Ujar Pak Rahmat selaku penduduk setempat. Pemandangan yang dihasilkan oleh kedua gunung ini sangat indah dan nuansa alamnya snagat terasa sekali apalagi ketika musim dingin. Ketika musim dingin suhu udara di daerah ini sangat dingin sehingga terkadang semak-semak rumput didaerah ini mengembun dan embunnya sampai bersalju.

Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 meter diatas permukaan laut dan berada di empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang. Gunung Bromo sendiri terkenal sebaagai objek wisata. Gunung Bromo mnjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi masih aktif. 

Gunung Bromo juga termasuk kedalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bentuk dari Gunung Bromo secara fisik adalah lembah dan ngarai dengan kalendra atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilimeter persegi.  Gunung Bromo sendiri juga merupakan sebuah kawah dengan garis tengah 800 meter (uatar-selatan) dan 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah yang menjadi pusat bahayanya berada di pusat kawah Bromo yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari 4 km.

Sedangkan Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jwa dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut. Gunung Semeru terletak di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Taman Nasioanal Bromo Tengger Semeru. Semeru memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 806' LS dan 11255' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Gunung Semeru memiliki Kawah Jonggring Saloka dengan kubah ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan, meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.

Daerah lereng Gunung Semeru dan Daerah lereng Gunung Bromo memiliki karakteristik yang sama, dilihat dari penduduk, mata pencaharian, iklim, dan jenis tanahnya. Masyarakat yang mendiami daerah lereng Semeru dan lereng Bromo yaitu sama-sama dari suku Tengger. Masyarakat Tengger menempati administrasi di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo. 

Menurut pak Rahmat,"Didaerah lereng gunung Semeru dan lereng gunung Bromo ini rata-rata ya masyarakat dari suku Tengger, suku asli lereng Semeru dan lereng Bromo" (2/6/21).

"Kata Tengger berasal dari kata Tengger yang diartikan dari kata Tetenger artinya yaitu tanda dari bahasa Indonesia", Ujar Pak Sumono (3/6/21). Penggunaan kata tersebut tidak taau kapan awalnya. Tetapi kepercayaan masyarakat Tengger terhadap penggunaan nama tersebut didasari oleh legenda yang beredar dari nenek moyang turun temurun. Masyarakat Tengger masih memegang teguh adat istiadat yang ada dalam kepercayaan mereka dan segala urusan dilaksanakan dengan keputusan adat. 

Suku Tengger memiliki dua sistem kepemimpinan, yang pertama kepemimpinan bersifat formal (kelembagaan), dan sistem kepemimpinan informal (adat istiadat). 

Masyarakat Tengger juga masih percaya dengan dukun. Istilah dukun di masyarakat Tengger bukan dukun yang memiliki kepintaran untuk pengobati penyakit atau sebagainya, istilah Dukun digunakan untuk seseorang yang memeimpin upacara keagamaan dan yang bertugas untuk memimpin doa-doa. Selain itu bahasa yang digunakn oleh Suku Tengger tidak jauh beda dengn bahasa Jaw pada umumya. Yang menjadikan ciri khas logat bahasa masyarakat Suku Tengger yaitu setiap perkataannya selalu diakhiri dengan akhiran --an.

"Suku tengger yang berada di lereng Bromo dan Semeru ini rata-rata mata pencahariannya yaitu sebagai petani. Karena daerah lereng gunung memiliki jenis tanah yaitu tanah vulkanik" Ujar pak Rahmat (2/6/21). Tanah vulkanik ini terbentuk dari lahar dan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi. 

Jadi mineral yang ada dalam tanah tersebut mengandung mineral yang tercampur tanah dari lahar dan abu erupsi gunung berapi dan membuatnya menjadi subur. Petani didaerah lereng gunung ini memilih untuk menanam sayur, seperti kentang, sawi, wortel, daun bawang, kol, kol putih, buah apel, dll.hal ini juga didukung oleh iklim daerah sekitar lereng gunung yaitu beriklim dingin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun