Mohon tunggu...
Fransiscus Martono Ardi
Fransiscus Martono Ardi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka main game mobile dan menulis untuk di ceritakan di masa depan

Jalani hidup dengan sesuatu yang bermanfaat, jangan lupa olahraga

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Narkoba No Beranyam Yes

11 September 2014   14:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14103939361423757422

[caption id="attachment_358450" align="alignnone" width="300" caption="Membuat anyaman dari serat alam"][/caption]

Suasana begitu melelahkan dari raut para siswa smk budi luhur sintang, terutama kelas XI AP 1. Diruang kelas yang berlantai semen dan tidak ada jendela mereka menunggu dengan setia gurunya. Karena mereka sudah dapat kurikulum 2013 maka harus pulang pukul setengah 2. Di cuaca yang terik dan perut yang mulai lapar mereka harus mengikuti pelajaran. Pelajaran terakhir mereka adalah PKWU atau Prakarya dan Kewirausahaan. Minggu lalu mereka telah di jelaskan tentang teori dari barang – barang yang bahan pembuatan dari alam. Sebagai mata pelajaran prakarya, mereka harus mempraktekan salah satu kerajinan lokal yang ada didaerah mereka beserta bahan baku untuk pembuatannya.

Berdasarakan buku panduan PKWU maka diambil bahan alam yang ada disekitar mereka yaitu tanah liat dan daun nas/kulan/kahchang ini bahasa dayaknya. Daun seperti daun pandan biasa digunakan untuk membuat tikar. Setelah guru memberikan salam semua peserta didik mengeluarkan bahan yang mereka bawa, karena tidak ada yang membuat tanah liat maka yang di praktekkan mereka hanya daun nas tersebut.

Para murid membuat takin kecil yang dapat dijadikan tempat pensil atau terserah untuk keperluan mereka. Karena banyak sekali anak murid yang tidak bisa menganyam maka siswa yang bisa menganyam mengajari temannya yang belum bisa. Murid begitu antusias mengikuti praktek tersebut dan serius melaksanakannya.

Dalam praktek PKWU hari ini yang berbentuk anyaman ada nilai yang bisa diambil. Pertama kerjasama antar murid, dimana murid yang sudah bisa mengajar teman yang belum bisa. Kedua melatih kreativitas siswa untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat mereka, ketiga kearifan lokal dapat terjaga dan tidak punah oleh produk dari luar negeri, keempat bisa dijadikan pengisi waktu luang anak murid kalau tidak ada kegiatan sehingga mereka bisa terhindar dari pergaulan bebas, narkoba dan hal negatif yang dapat menghancurkan masa depan mereka.

Dari sikap ceria tersebut ada salah satu kesedihan yang saya rasakan yaitu kata mereka daun nas tersebut sudah langka di kampung mereka sehingga tidak bisa membawa ke sekolah. Mengapa daun nas itu langka karena hutan tempat tumbuhnya daun tersebut telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Rupanya hutan memberikan kehidupan buat masyarakat sekitarnya.

Semoga dari tangan anak smk budi luhur ini dapat menghasilkan sesuatu yang berguan dari daun nas. Contoh kotak pensil yang begitu bagus yang terbuat dari anyaman daun nas. Saya bangga melihat hasil kerja anak – anak. Daripada beli ditoko yang harganya mahal lebih baik buat sendiri. Bukan kah smk bisaaaaaa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun