Keterkaitan Sistem Among Ki Hajar Dewantara dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching
Perkembangan sosial dan budaya sebuah negara bergantung pada pendidikan. Melalui konsep "Among", atau "Amanat Penderitaan Rakyat, Menanti Keadilan", Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan terkenal di Indonesia, telah berkontribusi besar dalam kemajuan sistem pendidikan nasional. Konsep ini sangat terkait dengan pendekatan pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT), yang mengutamakan budaya dan konteks siswa dalam proses pembelajaran. Pendidikan dapat menjadi lebih relevan, inklusif, dan memberdayakan bagi semua orang jika kita memahami hubungan ini.
1. Pemahaman Akan Nilai-nilai Lokal:
Ide Among menunjukkan betapa pentingnya untuk belajar tentang nilai-nilai lokal. Keyakinan Ki Hajar Dewantara adalah bahwa budaya dan adat istiadat masyarakat harus menjadi dasar pengembangan sistem pendidikan. Pendekatan CRT juga mengutamakan nilai-nilai budaya siswa dalam pembelajaran. Dengan menggabungkan perspektif Among dan CRT, guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konteks budaya siswa dan memasukkannya ke dalam pengalaman belajar yang bermakna.
2. Penghargaan terhadap Keberagaman:
Sistem Among mendorong pengakuan terhadap beragam kondisi sosial dan latar belakang dalam pendidikan. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus tersedia untuk semua orang, tanpa memandang status sosial atau asal usul mereka. Pendekatan CRT juga menghargai keberagaman dalam kelas, mengakui bahwa setiap siswa membawa pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Pendidik dapat memanfaatkan keselarasan ini untuk menciptakan lingkungan yang inklusif yang menghargai perbedaan dan memungkinkan setiap siswa berkembang.
3. Konteks Lokal dalam Pembelajaran:
Sistem Among menekankan bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat lokal. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pendekatan CRT menekankan penggunaan konteks budaya dan sosial dalam pembelajaran. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip ini, guru dapat membuat pengalaman pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata siswa mereka.
4. Pendidikan Sebagai Pembebasan
Ide Among menggambarkan keinginan untuk menggunakan pendidikan untuk membebaskan masyarakat dari belenggu keterbelakangan dan ketidakadilan. Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan sebagai cara untuk meningkatkan kapasitas setiap orang dan memajukan bangsa. Selain itu, pendekatan CRT berfokus pada pemberdayaan siswa melalui pendidikan yang berpusat pada budaya mereka. Pendidik dapat membantu siswa memperoleh kemampuan dan pemahaman yang diperlukan untuk menghadapi tantangan sosial dan budaya.
Singkatnya, ada hubungan antara ide-ide Ki Hajar Dewantara dan pendekatan mengajar yang responsif terhadap budaya (Culturally Responsive Teaching) yang sangat relevan untuk pendidikan di Indonesia. Dengan menggabungkan perspektif ini, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menggabungkan prinsip lokal, penghargaan terhadap keberagaman, dan konteks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H