Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penantian 2: Siap, Laksanakan!

1 Desember 2022   20:13 Diperbarui: 1 Desember 2022   20:19 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan Pemimpin Upacara (Dokpri)

Oleh Fransisco Xaverius Fernandez

Di kota Praya belum ada Tempat Ibadah Gereja Katolik yang di kelola umat. Karena ijin yang sulit dan rumit dan beraneka alasan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Alasan yang sering mereka ajukan adalah : "Penuhi syarat-syarat atau ketentuan pendirian rumah ibadat sesuai yang diatur dalam PBM Menag dan Mendagri tahun 2006 maka kami tinggal tanda tangan," alasan dari Pemda.

Ketika sampai di masyarakat, di jawab: "Kami bisa menandatanganinya, tapi kami tidak bertanggungjawab jika di luar kami bertindak lainnya!" Maksudnya masyarakat di sekitar bisa-bisa saja setuju, tapi masyarakat di luar? Tidak menjamin.

"Tapi kalau Pemda mengijinkan, kami siap laksanakan!" Demikian tegas mereka. Artinya siap mendukung adanya rumah ibadat Katolik. Karena merekapun sadar akan pentingnya beribadah.

Jika dilihat karakter masyarakat setempat, semua baik dan toleran. Namun karena situasi politis sekarang ini agak sensitif membicarakan hal-hal yang menyinggung rumah ibadat. Maka kamipun memahami mengapa Pemda setempat belum berani memberikan ijin berdirinya sebuah tempat ibadah Katolik. Walaupun kami mengakui bahwa kami nyaman untuk berkarya untuk berkarya di daerah ini. 

Ketika kita bicara tentang garis komando: Siap, Laksanakan! tersebut bisa memberikan banyak pembelajaran penting.

Pertama, kita siap mematuhi perintah atasan tanpa bertanya mengapa dan untuk apa. seperti model kepemimpinan di TNI-Polri. Patuh tanpa bertanya ini sangat tepat ditujukan kepada Perintah Tuhan. seringkali perintah Tuhan tidak atau belum kita pahami termasuk pada peristiwa rumah ibadat Katolik di daerah kami. Mungkin Tuhan mengajak kita untuk makin peka mendengar kehendak Tuhan melalui kehadiran sesama.

Kedua, model komando memberikan pembelajaran bahwa kita harus menerima tantangan sesuai dengan kemampuan kita tanpa banyak pertimbangan. Jika di hadapkan ke bidang rohani dapat diartikan semakin banyak tantangan yang kita hadapi maka semakin kuat iman kita. Semakin banyak hambatannya maka semakin tajam pisau iman kita. Sehingga kita makin percaya bahwa Tuhan pasti mendengarkan doa kita. Dan seperti janji-Nya pasti doa-doa kita dikabulkan-Nya.

Sekarang tinggal kita berusaha mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau justru kita makin bebal dalam hidup?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun