Tanggal 21 April, orang Indonesia memperingati perjuangan Kartini yang berpikiran maju, mendobrak tradisi yang kolot pada zamannya telah membuka jalan bagi pendidikan perempuan di Indonesia. Â
Tanpa ada maksud melupakan peran Ibu Kartini yang hebat, kali ini saya ingin memperkenalkan sosok perempuan hebat yang baru saya kenal ketika berlibur ke Zagreb, ibukota Kroasia minggu lalu.
Lewat website guruwalk.com, saya menemukan Dorothea, warga Kroasia yang mengajak saya dan enam turis lain berkeliling Zagreb dan menjelaskan sejarah dan legenda kota ini dengan menarik.
Saya terkesan Ketika berhenti di patung perunggu perempuan dengan topi dan payung ala Mary Poppins.
Ternyata perempuan itu bukanlah dongeng atau legenda semata, tetapi perempuan hebat Bernama Marija Juri Zagorka, yang seperti Kartini juga berperang melawan patriarki dengan pena dan kertas.
Marija lahir 5 tahun sebelum Kartini, tahun 1873. Sama seperti di Indonesia, pada saat itu, budaya patriarki masih sangat-sangat kuat di Kroasia. Perempuan dianggap hanya boleh berperan di ranah domestik.
Hidupnya pun diwarnai penderitaan yang serupa seperti Kartini, mulai dari perkawinan paksa dan diremehkan oleh koleganya yang berpendapat bahwa perempuan hanya cocok menulis roman.
Marija adalah seorang jurnalis perempuan pertama dari Zagreb yang sangat berbakat. Ia menerbitkan tulisannya di berbagai koran dan majalah Kroasia, namun harus bersembunyi di balik nama samaran agar terlihat seakan-akan ia adalah laki-laki. Sama seperti Kartini yang menerbitkan tulisannya di balik nama ayahnya.
Seperti Kartini menolak kolonialisme Belanda dan aristrokasi Jawa, Marija menolak imperialisme Hungaria dan Jerman yang saat itu mendominasi Kroasia.
Ia memiliki visi jurnalisme yang berdasarkan data dan fakta, dan ingin menumbuhkan minat baca masyarakat. Ia menulis tentang politik, perjalanan, biografi, dan lainnya.