Mohon tunggu...
Fransisca Kristina Elisabet
Fransisca Kristina Elisabet Mohon Tunggu... Dokter - MD | Research Assistant at Infectious Disease Research Center (TB-HIV) Padjadjaran University

2 years of experience as General Practitioner, interested in Neurology and medical research, currently being involved in Indonesia Brain Infection Study Cohort.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rasa Nyeri dan Infeksi Virus

27 Januari 2021   21:50 Diperbarui: 29 Januari 2021   21:42 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nyeri merupakan masalah kesehatan umum yang sering dijumpai di seluruh dunia. Definisi nyeri sendiri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Gejala nyeri beragam tergantung pada penyakit yang mendasari atau penyebab langsung nyeri itu sendiri. Gejala nyeri yang umum adalah nyeri sendi (arthralgia dan arthritis) dan nyeri otot (myalgia) yang merupakan manifestasi akibat infeksi virus. 

Manifestasi nyeri pada infeksi virus bermacam-macam, dapat berupa nyeri akut atau nyeri neuropatik berdasarkan organisme virusnya. Nyeri akut muncul sebagai arthralgia atau arthritis yang biasanya terjadi pada infeksi virus.  Patogenesis arthritis terkait virus masih belum diketahui.  Banyak proses yang diyakini terlibat dalam gangguan ini.  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agen yang berbeda dapat memiliki berbagai patogenesis.  Virus patogen dapat langsung menyerang persendian melalui proses litik, menyebabkan sistem imun bereaksi dengan pembentukan kompleks imun, dan juga sitokin inflamasi.  Jika tidak, beberapa patogen dapat menyebabkan auto-imunitas dan peradangan dengan molecular mimicry, bystander activation, atau epitope spreading.  Proses kompleks ini mungkin berbeda-beda tergantung pada jenis patogennya.

Berdasarkan penelitian Center for Disease and Prevention Control (CDC) Amerika Serikat baru-baru ini, ditemukan adanya gejala baru berupa nyeri baik itu pada otot atau sendi pada pasien yang terkena infeksi SARS-CoV-2. Selain adanya gejala umum seperti batuk, demam, sesak napas, kehilangan indra perasa (dysgeusia) dan penciuman (anosmia), sakit nyeri pada otot dan sendi akibat infeksi virus covid-19 perlu diwaspadai. Sebagian besar nyeri pada otot dan sendi dipicu oleh radang atau inflamasi. Gejala ini sebenarnya bukan hal yang asing pada infeksi virus apapun. Infeksi tersebut menyebabkan kerusakan pada serat otot dan sendi serta reaksi radang di dalam tubuh. Tingkat keparahan rasa nyeri bisa ringan hingga berat, dan lama terjadinya pun bisa singkat (akut) maupun berkepanjangan (kronis).

Terkadang memang sulit dibedakan antara sakit nyeri biasa dengan nyeri yang berkaitan dengan adanya infeksi virus. Namun biasanya rasa nyeri yang ditimbulkan akibat aktivitas fisik seperti berolahraga pada umumnya akan menghilang dalam kurun waktu 2-3 hari, rasa nyerinya pun akan terpusat bada titik-titik tertentu saja. Berbeda dengan nyeri akibat infeksi virus, umumnya rasa nyeri yang dirasakan bersifat menyeluruh ke seluruh tubuh dan memakan waktu hingga sepekan atau lebih.

Ada kalanya rasa nyeri tersebut tidak kunjung hilang. Konsultasikan permasalahan nyeri dengan tenaga medis dan fisioterapis agar menghindari dampak berkepanjangan akibat rasa nyeri tersebut. Terapi pengobatan yang dijalankan umumnya akan berbeda bergantung pada penyebab rasa nyeri itu sendiri. Jika nyeri disebabkan aktivitas fisik seperti berolahraga, maka hal tersebut bisa diredakan dengan kompres dingin, rolling, peregangan ringan, ataupun pijat. Selain itu, bisa dicegah dengan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga. 

Sementara itu, rasa nyeri pada pasien covid-19 atau akibat infeksi virus lainnya akan berkurang setelah infeksi penyakit sembuh. Penyembuhan nyeri akibat virus sendiri memerlukan penanganan yang berbeda dengan rasa nyeri biasa. Pemberian obat pereda nyeri seperti asetaminofen dan ibuprofen serta obat anti virus yang sesuai dapat membantu mengurangi rasa nyeri akibat infeksi virus. Istirahat dalam jangka waktu lama adalah kunci agar rasa nyeri akibat infeksi virus ini membaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun