Mohon tunggu...
Frans Hendra Winarta
Frans Hendra Winarta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang biasa yang ingin berkontribusi luar biasa untuk bangsa. http://senimanhidup.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berinvestasi untuk Persiapan Menikah

15 Mei 2013   19:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:31 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya saya gagal untuk mengisi blog ini minimal satu artikel setiap bulannya setelah bulan April lalu banyak sekali hal yang harus dilakukan sampai tidak sempat menulis. Berikut ini saya mau berbagi kisah mengenai pengalaman saya dalam berinvestasi.

Saya merasa beruntung duduk menyasar di bangku Fakultas Ekonomi. Hingga mungkin saya dapat tau sedikit lebih banyak mengenai ekonomi. Pada dasarnya setiap orang mudah mempelajari ekonomi, karena kita menjalaninya sehari-hari. Menjadi seorang pedagang ataupun seorang pembeli, bahwasanya kita setiap hari mengalami transaksi ekonomi. Pada intinya ekonomi itu mudah, yang sulit adalah istilah-istilah ‘keren’ yang dibuat para ekonom untuk menggambarkan fenomena tertentu. Termasuk halnya investasi. Berikut saya mencoba sharing dengan bahasa pedagang kaki lima, agar banyak orang-orang diluar sana bisa lebih baik dalam mempersiapkan segala sesuatunya di masa depan.

Rencana Investasi

Saya mencoba untuk membuat list investasi yang bisa saya jalani untuk persiapan nikah. Hehe.. Karena menurut saya hal ini baik untuk dijadikan sharing, siapa tau saya bisa mendapatkan feedback yang belum saya tau dari rekan-rekan pembaca di blog seniman hidup ini.

Jadi kejadian pada saat saya menuliskan daftar investasi ini ketika saya tersadar bahwa saya sudah mulai “berumur”. Hehe.. Saya coba menghitung biaya resepsi pernikahan. Saya ingin agar biaya resepsi ini tidak perlu ditanggung oleh orang tua bahkan mertua. Meskipun saya laki-laki Jawa, tapi saya ingin agar resepsi pernikahan biarlah saya yang menanggung, bukan dari pihak perempuan. Ketika nanti ternyata dibagi 2 ya Alhamdulillah. Yang penting saya sudah prepare, dan mungkin hasilnya dapat dialihkan ke hal lainnya. J

Berikut saya coba untuk membuat list rencana biaya pernikahan sbb:

No.

Tempat

Biaya Sekarang (Present Value Cost)

Discount Factor (Kenaikan biaya : 20%/thn)

Future Value 2 tahun

Rata-rata saving bulanan

1

Gedung 1

100,000,000

1.44

144,000,000

6,000,000

2

Gedung 2

125,000,000

1.44

180,000,000

7,500,000

3

Gedung 3

150,000,000

1.44

216,000,000

9,000,000

4

Gedung 4

175,000,000

1.44

252,000,000

10,500,000

5

Gedung 5

200,000,000

1.44

288,000,000

12,000,000

6

Gedung 6

225,000,000

1.44

324,000,000

13,500,000

7

Gedung 7

250,000,000

1.44

360,000,000

15,000,000

8

Gedung 8

275,000,000

1.44

396,000,000

16,500,000

9

Gedung 9

300,000,000

1.44

432,000,000

18,000,000

Oke, tidak perlu bingung dengan tabel di atas. Saya mencoba membuat hitungan nilai uang yang dibutuhkan di masa mendatang (bahasa ekonominya Future Value). Jadi misalkan pada contoh gedung 1 dengan biaya Rp100jt dengan rata-rata inflasi (baca: kenaikan) harga perlengkapan kawinan sebesar 20% per tahun maka dua tahun kemudian kurang lebih nilainya setara dengan Rp144jt. Artinya sampai dengan 2 tahun mendatang, saya harus mencicil tabungan sebesar Rp6jt per bulan. Huah yang benar saja!! Sepertinya sulit untuk fresh graduate untuk saving sebesar itu karena gaji/penghasilan tidak sebesar itu.

Strategi menabung

Yap, menikah merupakan hal yang pasti. Sebagai makhluk hidup normal, pasti perlu nikah. Untuk tujuan mulia, melanjutkan keturunan. Hehe… So, menabung untuk persiapan nikah ya harus dilakukan! Maka saya mencoba untuk mendata jenis-jenis produk bank sampai produk lembaga keuangan non bank lainnya. Berikut kira-kira daftar yang saya buat:

No.

Jenis Investasi

Indikasi Imbal Hasil (per tahun)

1

Reksadana Saham (80% saham, 20% obligasi)

22%

2

Reksadana Campuran (50% saham, 50% obligasi)

17%

3

Reksadana Pendapatan Tetap (20% saham, 80% obligasi)

8%

4

Saham

25%

5

Obligasi/sukuk

8%

6

Emas

Lindung Nilai

7

Tabungan Rencana

5%

8

Deposito Rp

4.5%

9

Deposito Valas

2%

10

Tabungan Biasa

2%

Lagi-lagi tidak usah bingung ya dengan nama-nama di atas. Banyak orang yang sudah takut terlebih dahulu ketika mendengar atau membaca investasi seperti SAHAM atau REKSADANA. Semua yang disebutkan di atas sebut saja TABUNGAN, hanya berbeda jenis dan penempatan dananya saja. Misalkan kalau tabungan dan deposito ya jelas-jelas ditaruh di bank, kalau obligasi dan saham dana itu ditaruh di perusahaan (menjadi modal untuk perusahaan beroperasi), untuk reksadana itu gampangnya patungan beli saham (buat orang yang bermodal kecil yang mau menginvestasikan uangnya dengan membeli saham). Anda bisa belajar hal ini melalui blog kontan. Oh iya, indikasi return (baca: keuntungan/imbal hasil) yang disebutkan di atas itu naik turun untuk instrument (jenis) pasar modal seperti reksadana, saham, dan obligasi/sukuk. Untuk Emas sendiri saya lebih mengkategorikannya sebagai instrument lindung nilai. Saat artikel ini ditulis (15/05/13), harga emas sedang turun. Untuk yang mau berinvestasi emas, mungkin belum saat ini. Anda bisa melihat perkembangan harga emas dunia dari Bloomberg dan silakan tentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli emas.

Usaha Sampingan

Ini sedikit sharing saja. Sebelumnya pada saat menempuh bangku kuliah saya terjun langsung membuka usaha. Saya membuka toko handphone kecil di beberapa tempat sekitar Jakarta. Sebelum dapat membuka beberapa toko, saya sempat meraih masa kejayaan dengan hasil yang lumayan. Pada saat itulah beberapa orang teman dekat hingga saudara saya ajak untuk menjadi investor dalam usaha saya.

Pada masa itu, usaha saya semakin berkembang. Saya dapat membuka beberapa toko yang bernilai lebih dari 200jt pada saat itu. Angka tersebut merupakan angka yang besar menurut saya dimana saya masih berstatus mahasiswa tingkat 3. Namun, seiring perjalanannya, usaha mengalami penurunan. Ditambah lagi dengan faktor-faktor lain yang menyebabkan usaha terus merugi. Pencurian.

Saya belajar banyak dari menjalani usaha riil. Bagaimana mengelola usaha, mengelola hubungan dengan orang, negosiasi, hingga tetek bengek lain yang meskipun kecil ternyata tidak remeh. Ya, saya belajar bagaimana menghargai hal sekecil apa pun. Terkadang, hal kecil tersebut yang dapat membawa kita kepada keberhasilan, ataupun sebaliknya.

Kalau menurut agama sebaik-baik dan sebijak-bijaknya uang yang kita miliki, maka kita salurkan kembali kepada sektor riil. Hal ini juga telah dibuktikan dengan fenomena ekonomi yang sudah diakui oleh ekonom-ekonom dunia. Sudah banyak ulasan-ulasan berita yang membahas bahwa 2% saja penduduk suatu negara terjun ke sektor riil, maka seluruh masyarakat negara tersebut akan hidup layak.

Usaha riil juga mendatangkan rejeki yang cukup lumayan. Dalam hitungan angka, usaha riil memberikan tingkat return yang lebih besar dari investasi apapun (yang halal). Dan anda tau? Ada gula, ada semut. Ketika usaha kita berhasil, maka siapapun akan datang mendekati kita, dan tunggulah masanya usaha kita akan lebih besar lagi. Namun sebaliknya, ketika usaha gagal, banyak orang yang menjauh. Ya begitulah dunia. Andaikan semua orang dapat membagi risiko maka tidak akan ada ketimpangan, kemiskinan, tindak kriminalitas hingga, krisis ekonomi. Gagal usaha bukan berarti menyerah ke depannya. Ujian dari Tuhan merupakan takdir baik jika kita menjalaninya dengan baik, atau sebaliknya menjadi takdir buruk jika kita menjalaninya dengan ‘buruk’. Tulisan ini juga menjadi motivasi saya untuk bangkit kembali ‘naik kelas’ ke ujian berikutnya yang lebih sulit. Jangan menyerah untuk berusaha. Oke, tertarik usaha? (Fhw)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun