4.5%
9
Deposito Valas
2%
10
Tabungan Biasa
2%
Lagi-lagi tidak usah bingung ya dengan nama-nama di atas. Banyak orang yang sudah takut terlebih dahulu ketika mendengar atau membaca investasi seperti SAHAM atau REKSADANA. Semua yang disebutkan di atas sebut saja TABUNGAN, hanya berbeda jenis dan penempatan dananya saja. Misalkan kalau tabungan dan deposito ya jelas-jelas ditaruh di bank, kalau obligasi dan saham dana itu ditaruh di perusahaan (menjadi modal untuk perusahaan beroperasi), untuk reksadana itu gampangnya patungan beli saham (buat orang yang bermodal kecil yang mau menginvestasikan uangnya dengan membeli saham). Anda bisa belajar hal ini melalui blog kontan. Oh iya, indikasi return (baca: keuntungan/imbal hasil) yang disebutkan di atas itu naik turun untuk instrument (jenis) pasar modal seperti reksadana, saham, dan obligasi/sukuk. Untuk Emas sendiri saya lebih mengkategorikannya sebagai instrument lindung nilai. Saat artikel ini ditulis (15/05/13), harga emas sedang turun. Untuk yang mau berinvestasi emas, mungkin belum saat ini. Anda bisa melihat perkembangan harga emas dunia dari Bloomberg dan silakan tentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli emas.
Usaha Sampingan
Ini sedikit sharing saja. Sebelumnya pada saat menempuh bangku kuliah saya terjun langsung membuka usaha. Saya membuka toko handphone kecil di beberapa tempat sekitar Jakarta. Sebelum dapat membuka beberapa toko, saya sempat meraih masa kejayaan dengan hasil yang lumayan. Pada saat itulah beberapa orang teman dekat hingga saudara saya ajak untuk menjadi investor dalam usaha saya.
Pada masa itu, usaha saya semakin berkembang. Saya dapat membuka beberapa toko yang bernilai lebih dari 200jt pada saat itu. Angka tersebut merupakan angka yang besar menurut saya dimana saya masih berstatus mahasiswa tingkat 3. Namun, seiring perjalanannya, usaha mengalami penurunan. Ditambah lagi dengan faktor-faktor lain yang menyebabkan usaha terus merugi. Pencurian.
Saya belajar banyak dari menjalani usaha riil. Bagaimana mengelola usaha, mengelola hubungan dengan orang, negosiasi, hingga tetek bengek lain yang meskipun kecil ternyata tidak remeh. Ya, saya belajar bagaimana menghargai hal sekecil apa pun. Terkadang, hal kecil tersebut yang dapat membawa kita kepada keberhasilan, ataupun sebaliknya.
Kalau menurut agama sebaik-baik dan sebijak-bijaknya uang yang kita miliki, maka kita salurkan kembali kepada sektor riil. Hal ini juga telah dibuktikan dengan fenomena ekonomi yang sudah diakui oleh ekonom-ekonom dunia. Sudah banyak ulasan-ulasan berita yang membahas bahwa 2% saja penduduk suatu negara terjun ke sektor riil, maka seluruh masyarakat negara tersebut akan hidup layak.
Usaha riil juga mendatangkan rejeki yang cukup lumayan. Dalam hitungan angka, usaha riil memberikan tingkat return yang lebih besar dari investasi apapun (yang halal). Dan anda tau? Ada gula, ada semut. Ketika usaha kita berhasil, maka siapapun akan datang mendekati kita, dan tunggulah masanya usaha kita akan lebih besar lagi. Namun sebaliknya, ketika usaha gagal, banyak orang yang menjauh. Ya begitulah dunia. Andaikan semua orang dapat membagi risiko maka tidak akan ada ketimpangan, kemiskinan, tindak kriminalitas hingga, krisis ekonomi. Gagal usaha bukan berarti menyerah ke depannya. Ujian dari Tuhan merupakan takdir baik jika kita menjalaninya dengan baik, atau sebaliknya menjadi takdir buruk jika kita menjalaninya dengan ‘buruk’. Tulisan ini juga menjadi motivasi saya untuk bangkit kembali ‘naik kelas’ ke ujian berikutnya yang lebih sulit. Jangan menyerah untuk berusaha. Oke, tertarik usaha? (Fhw)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H