Mohon tunggu...
Frans Hendra Winarta
Frans Hendra Winarta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang biasa yang ingin berkontribusi luar biasa untuk bangsa. http://senimanhidup.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Menilik Bisnis Usaha Odong-odong

7 November 2014   13:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:24 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Odong-odong kereta mini thomas"][/caption]

"Slow but sure" mungkin istilah yang tepat untuk usaha yang satu ini. Meskipun dinilai dilematis antara nilai positif dan negatif usaha odong-odong memiliki beberapa eksternalitas positif dalam ekonomi maupun sosial kita.

Odong-odong merupakan salah satu mainan yang sangat disukai oleh anak-anak. Di beberapa wilayah seperti area Jabodetabek, dimana lahan bermain sangat jarang, odong-odong menjadi salah satu pelampiasan anak-anak untuk bermain. Meskipun hal ini menimbulkan efek negatif yaitu kemacetan di jalan kompleks yang sempit.

Semakin maraknya odong-odong menandakan bahwa usaha odong-odong tidak bisa dipandang sebelah mata. Ternyata apabila kita tilik lebih lanjut, usaha rakyat yang satu ini menghasilkan potensi cuan yang cukup menarik. Jika kita lihat dari segi kemudahan operasional usaha dan biayanya, usaha penyewaan odong-odong ini cukup menjanjikan. Bisnis ini bisa menjadi subtitusi atau pengganti investasi pada penyewaan angkot atau mobil pick up.

Berdasarkan wawancara dengan pada pelaku odong-odong bahwa rata-rata anak-anak naik odong-odong sebanyak tiga kali dalam sehari. Adapun besaran harga naik odong-odong adalah sebesar Rp2.000,- sampai dengan Rp5.000,- per rit (putaran). Dari situ penarik odong-odong bisa memperoleh penghasilan berkisar antara Rp200.000,- sampai dengan Rp500.000,- per harinya! "Per rit kita bisa narik Rp40.000,- sampai RP75.ooo. Dalam sehari rata-rata 10 rit, 5 rit di pagi hari dan 5 rit di sore hari", kata Bang Oyong (42) salah seorang penarik odong-odong mobil di wilayah Jakarta Timur.

Ibu Has (39) dari Kendari, Sulawesi Tenggara, pergi jauh-jauh ke Jakarta untuk mencari pembuat odong-odong. "Di tempat saya di Kendari belum banyak odong-odong. Sekalinya ada itu sangat ramai dan dicari oleh anak-anak. Kebetulan daerah saya di pinggir pantai yang merupakan salah satu daerah wisata" ucap Ibu Has. Di daerah-daerah di Indonesia merupakan lahan yang potensi untuk odong-odong. Terutama di wilayah kota wisata seperti pantai. Lahannya yang relatif datar menjadi keunggulan tersendiri bagi odong-odong di wilayah pantai. Namun di wilayah pegunungan pun tidak jadi masalah. Hal ini hanya berbeda pada jenis odong-odongnya saja.

"Saya telah 3 tahun menarik odong-odong mobil di wilayah Bogor. Medan Bogor yang naik turun lebih pas pakai odong-odong mobil" seru Bpk Dede (47). Area Bogor merupakan salah satu area padat penduduk. Namun karena kondisinya yang berbukit dan berlembah, bentuk muka bumi Bogor lebih cocok untuk odong-odong mobil seperti yang dikatakan oleh Bpk Dede.

Rata-rata para pelaku usaha odong-odong membeli odong-odong melalui pengrajin yang terdapat di internet. Hal ini dikarenakan sulit untuk mencari produsen odong-odong di daerah-daaerah. Pelaku usaha odong-odong seperti Ibu Has kurang paham mengenai internet dan meminta tolong saudaranya untuk mencarikan pengrajin odong-odong. "Saya direkomendasikan Saudara saya memesan melalui www.rajakeretamini.com, pengrajin odong-odong di wilayah Bekasi karena beberapa pengrajin lainnya tidak menyediakan pengiriman ke daerah saya di Kendari."

Bagi Anda yang sedang mencari peluang usaha sampingan, bisa mencoba untuk menghitung-hitung bisnis odong-odong. Namun Anda perlu pertimbangkan beberapa hal terutama terkait dengan perizinan dengan Pemda setempat. Selain itu juga tingkat lebar jalan dan keramainan di wilayah Anda. Pastikan keselamatan bagi anak-anak karena hal itu adalah hal yang utama. Selamat berbisnis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun