Mohon tunggu...
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar

Penulis Majalah DUTA Pontianak, Ordo Fransiskan Sekuler (OFS) Regio Kalimantan, Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar, Alumni UWD Fak. Sistem Informasi (S1), dan Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang Prodi. Filsafat Keilahian.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menepis Hoax ala Kawaki, Rival Boruto

22 Desember 2021   22:39 Diperbarui: 9 Maret 2022   17:38 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak hingga remaja tentu tahu film fiksi Uky Kodachi yang memiliki rating tinggi dalam dunia anime berjudul Boruto: Naruto Next Generation. Tidak hanya berupa kartun manga, kisah Boruto juga dapat dinikmati melalui komik atau situs-situs manga Jepang. Bukan hanya karena kisah pertarungannya yang epik sebagai ninja muda dan remaja, tetapi juga pesan-pesan moral aktual yang boleh jadi dapat menginspirasi siapa saja yang mencermatinya. Berbeda dari kisah Naruto, ayah dari Boruto yang sarat akan pertarungan ala tradisional, kisah sang anak memberikan ciri khas kehidupan modern dari desa Konoha. Ninja-ninja dari zaman perang sebelumnya masih eksis, hanya saja sudah berubah menjadi dewasa dan memiliki anak-anak dalam kisah Boruto ini. Anak-anak inilah yang menjadi penerus desa Konoha di mana ninja dan ilmu sains berdampingan membangun seluruh desa para sinobi tersebut.Kisah yang menarik dalam Boruto: Naruto Next Generation kali ini adalah munculnya Kawaki, seorang remaja yang menjadi kelinci percobaan organisasi Kara. Seperti dalam kisah Naruto terdapat organisasi Akatsuki, organisasi Kara ini juga merupakan organisasi penjahat yang misterius yang memiliki tujuan untuk menghancurkan peradaban termasuk desa Konoha. Mereka melakukan percobaan pada setiap anak yang mereka ambil dari keluarga-keluarga dan menjadikannya senjata. Kawaki juga merupakan korban dari kejahatan organisasi Kara ini. Darahnya digunakan untuk senjata sains. Parahnya, tubuhnya juga digunakan untuk wadah seorang Otsutsuki, sebuah anggota Klan Dewa yang sebelumnya nyaris menghancurkan Desa Konoha. Otsutsuki ini bernama Isshiki, yang menggunakan tubuh seorang biksu bernama Jigen, pemimpin organisasi Kara.Singkat cerita, pertarungan Naruto dan Sasuke melawan Otsutsuki terjadi. Sasuke kehilangan Rinenggan dan Naruto dalam mode Baryon harus kehilangan Kurama, si Rubah Ekor Sembilan. Walau dalam pertarungan, Isshiki berhasil dikalahkan, Kawaki merasa bersalah karena tidak menolong dalam pertempuran tersebut. Karena itulah Kawaki mulai menjauhkan diri dari keluarga Naruto, karena dirinya merasa bahwa apa yang telah terjadi pada Naruto dan yang lainnya adalah kesalahannya. Naruto yang tidak mau ambil pusing, kemudian mengajak Kawaki ke rumahnya untuk makan malam.

Kawaki yang kemudian tinggal dalam lingkungan baru tidak sekonyong-konyong percaya pada tindakan Naruto tersebut. Dia begitu hati-hati pada keluarga Hokage yang meskipun tampak normal seperti keluarga biasanya. Sikap Kawaki ini adalah akibat dari kekejaman Jigen di masa lalu. Ia sebelumnya memiliki orang tua, tetapi malah dijual kepada Jigen untuk dijadikan kelinci percobaan. Selama itu, Kawaki mengalami kekejaman dan tidak dianggap selayaknya anak-anak. Karena itulah, ia selalu waspada terhadap gerak-gerik keluarga Boruto ini. Bahkan ia mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang keluarga, desa Konoha, teman-teman Boruto dan pengawasan yang ada di sekelilingnya. Padahal Naruto sendiri telah memberikan kebebasan bagi Kawaki selama tinggal di rumah mereka.

Sikap Kawaki dalam menggali informasi tersebut dapat menjadi acuan bagi kita untuk senantiasa waspada dalam memperoleh informasi yang benar dan akurat. Ini bertujuan agar kita tidak mudah termakan oleh berita-berita yang tidak benar yang kadang menyesatkan kita. Ada pula berita-berita yang terlihat menarik, dengan pemarapan yang masuk akal, pada akhirnya menjadi kabar bohong juga. Backgroundnya terlihat bagus, tetapi isinya tidak relevan sama sekali.

Ada beberapa contoh berita Hoax yang sempat dipercaya masyarakat di Indonesia. Kisah Ironman Bali,  I Wayan Sumardana alias Sutawan alias Tawan yang membuat tangan robot untuk menggerakkan tangan lumpuhnya. Dengan menggunakan perangkat electronik rongsokan, dia berhasil menciptakan robot yang digerakan melalui sensor otak dengan sistem EEG electroencephalography. Namun setelah diteliti, ternyata rangkaian mesin tersebut bukanlah robot karena ditemukan banyak kejanggalan. Selain itu kabar hoax tentang Rush Money, Blue Energy, serbuan TKA China ke Indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Hampa pernah menghiasi pemberitaan-pemberitaan di media massa. Mirisnya, kabar-kabar tersebut sempat dipercaya dan menjadi viral di tengah-tengah masyarakat.

Sikap Kawaki menanggapi berbagai kabar, situasi sekeliling, segala berita-berita yang ada di media massa sangat relevan untuk ditiru. Demi mengungali kesalahan yang sama, Kawaki mencoba untuk percaya tetapi dengan mengolah lebih dalam informasi tersebut dengan benar. Ia berusaha mencari tahu, berinteraksi secara langsung, mengobservasi, skeptis untuk sesaat, tetapi ketika ia menemukan kebenaran, barulah ia mulai berefleksi. Bisa saja itu berupa pertanyaan, Apakah situasi ini benar? apakah mereka bisa dipercaya? Bagaimana hal tersebut hanyalah jebakan? Pertanyaan-pertanyaan dalam benak Kawaki ini cukup skeptis, tetapi sangat efektif untuk menepis hoax.

Krisis literatur dan kepongahan informasi menyebabkan orang menerima berita-berita begitu saja tanpa adanya filter. Hal ini tidak menimpa orang-orang yang tidak berpendidikan saja, tetapi juga orang-orang berpendidikan tinggi. Bahkan informasi tidak benar dan bias bisa diputarbalikkan dan dimanfaatkan untuk membodohi publik. Cara kerja kaum sofis untuk memanipulasi informasi di zaman Yunani Kuno malah dipopulerkan kembali untuk dimanfaatkan demi kepentingan pribadi, kelompok bahkan politik. Sikap kritis seperti Kawaki memiliki urgensi dan mendesak untuk dimiliki oleh setiap orang di masa kini. Bukan sekedar skeptis pada informasi, tetapi usaha kondusif untuk menemukan kebenaran sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun