Mohon tunggu...
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya
Fr. Fransesco Agnes Ranubaya Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar

Penulis Majalah DUTA Pontianak, Ordo Fransiskan Sekuler (OFS) Regio Kalimantan, Calon Imam Diosesan Keuskupan Ketapang Kalbar, Alumni UWD Fak. Sistem Informasi (S1), dan Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang Prodi. Filsafat Keilahian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelayanan OFS di Kapel Rutan

23 Januari 2017   23:28 Diperbarui: 27 Januari 2017   01:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak dilirik, tetapi mereka ada. Manusia bebas namun terkurung oleh konsekuensi yang harus diterima. Sesama manusia yang masih membutuhkan sesuap nasi untuk makan, dan air putih untuk minum. Hidup di bui, mungkin bukanlah keinginan dari setiap orang. Untuk sampai ke tempat ini, seseorang harus melakukan suatu tindakan kriminal yang menyebabkan dirinya terkurung. Hari-hari dilalui dengan sesama penghuni rumah, wajah yang sama dan terkadang ada juga pendatang yang masuk.

 Makan bersama, tidur bersama, sama-sama sepenanggungan di dalam sel yang ukurannya tidak seberapa. Melihat dunia yang sempit di balik jeruji yang dibatasi oleh pengawalan ketat aparat keamanan. Tetapi tetap saja, manusia-manusia ini adalah ciptaan Tuhan yang menyesali dirinya dan memiliki kehendak untuk kembali sedia kala. Inilah gambaran rumah tahanan yang tidak banyak dilirik orang, tetapi tidak sedikit pula yang masih memperhatikan mereka.

Hari minggu lalu (22/01/2017), Ordo Fransiskan Sekular mengadakan pelayanan di Rutan Kelas II A di Sungai Raya Dalam Pontianak. Di bawah arahan minister Regio Kalimantan, Sdr. Herman Yoseph Anem, OFS para saudara-saudari berkumpul kurang lebih sekitar pukul sembilan untuk bersiap memulai ibadat bersama penghuni rutan dan umat yang hadir. Anggota OFS yang ikut pelayanan tersebut antara lain Sdr. Herman Yoseph Anem bersama istri, OFS, Sdr. Tuparman, OFS bersama istri dan anaknya, Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS, dan, Fr. Rusdy, OFMCap. yang bertugas untuk memimpin ibadat sabda.

 Satu per satu dari saudara-saudari berdiri di depan pintu rutan sambil menunggu kartu tamu dibagikan. “Sebentar”, demikian penjaga rutan memberikan instruksi melalui lubang pintu. Ketika pintu dibukakan, para saudara-saudari masuk sembari kartu tamu dibagikan dengan pengawalan petugas rutan yang dinas pada saat itu. Wajah-wajah penghuni rutan, yang terpikir dalam benak agaknya sangar, tetapi lemah lembut dan ramah pula. Sembari bersalaman, kami ucapkan selamat berhari minggu.

Ibadat Sabda dimulai, Fr. Rusdy, OFMCap bersama umat membuat tanda kemenangan; Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin. Sekilas, ibadat sabda terlihat sama layaknya misa pada umumnya. Tetapi berbeda karena tiada konsekrasi pada roti suci karena yang dapat melakukannya hanyalah imam. Pemimpin ibadat sabda tidak melulu seorang imam; boleh frater, suster, bruder, ketua umat atau umat yang ditunjuk. Ibadat sabda berjalan dengan sebagaimana mestinya, dengan iringan musik dan nyanyian dan diikuti dengan khidmat oleh semua umat. Pada saat itu, Sdr. Tuparman, OFS bertugas sebagai pemazmur, dan petugas bacaan dari umat yang berkunjung. 

Yang menarik di sini adalah homili yang dibawakan oleh Frater Rusdy. Homili ini mengisahkan tentang Tuhan adalah terang dan keselamatan; diambil dari Kitab Yesaya (Yes. 8:23b-9:3). “Frater ingat ketika di kampung, waktu itu belum listrik masuk. Pukul enam pelita dihidupkan, jam tujuh sudah dipadamkan supaya hemat. Jika kita mengalami kegelapan, segala sesuatu di depan kita, manusia, dinding atau apapun tidak akan kelihatan, tetapi jika kita menemukan terang, semua itu akan terlihat,”demikian petikan dari kotbah Frater Rusdy. Frater juga mengumpamakan sebuah kisah yang kurang lebih penulis sadur sebagai berikut:

2-58862ec98023bd88088af4b4.jpg
2-58862ec98023bd88088af4b4.jpg
Alkisah ada seorang bapak bernama Abraham yang tinggal tepi pantai dan bertugas untuk menghidupkan sebuah sumbu besar yang berada di atas menara agar kapal-kapal dapat berlabuh. Ketika hari mulai menjelang malam, ia harus segera ke atas menara untuk menghidupkan sumbu besar tersebut. Kemudian ia membawa sebuah pelita kecil untuk dibawa sampai ke atas menara. Perlahan-lahan ia naik ke atas melalui tangga dan berusaha keras untuk menjaga agar nyala pelita tidak padam. (Frater menjelaskan bahwa semakin ke atas, angin pasti semakin kuat) Dengan hati-hati bapak Abraham membawa pelita tersebut agar tidak padam. Akhirnya tangga demi tangga ia lalui dan sampailah bapak Abraham ke ujung menara. Selanjutnya, dengan pelita kecil tersebut ia menghidupkan sumbu besar di atas menara. Sehingga cahaya pun terlihat oleh kapal-kapal dan para nahkoda mengetahui arah pelabuhan tempat kapal-kapal bersandar di malam hari.

Hal yang dapat kita petik dari homili tersebut adalah hendaknya kita menjadi terang bagi sesama. Dengan demikian kita dapat membagikan terang itu bagi sesama. Saling mendukung adalah sebuah bentuk nyata dari terang. Dan untuk mencapai terang kita harus beralih dari kegelapan. Selalu berusaha untuk memperoleh terang kemudian membagikannya pada sesama. Homili Frater Rusdy yang sangat menyentuh tersebut disempurnakan dengan menyambut tubuh Kristus yang telah dikonsekrasikan untuk dibagikan kepada umat. Hingga ibadat sabda berlangsung, semua umat yang hadir dan para penghuni rutan sangat bersukacita. Memang inilah santapan rohani yang harus selalu dihidangkan kepada saudara-saudara kita. Apapun yang telah dilakukannya di masa silam, kerahiman Allah dan kasihlah yang mengarahkan manusia pada pertobatannya.

Pelayanan pertama di rutan kelas II A Sungai Raya Dalam ini bagi penulis adalah pengalaman yang sangat berkesan. Setiap bulan, pada minggu ke-4, OFS regio Kalimantan akan mengadakan pelayanan di Rutan Kelas II A tersebut. Demikianlah ada tertulis dalam Injil,”Ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (bdk. Mat. 25:36). Sudah menjadi tugas kita untuk peduli pada saudara-saudara kita yang hidupnya terkurung di dalam rumah tahanan. Kehadiran kita, sumbangan kita, bantuan moral dan moril, dan kasih kita adalah obat dari kerinduan mereka pada kebebasan.

 Justru Yesus Kristus di dalam hidup-Nya senantiasa bergaul dan hadir di tengah-tengah orang berdosa, bukan mengucilkan mereka. Pelayanan di Rutan mungkin secuil dari sekian pelayanan yang dipilih umat beriman, tetapi pada akhirnya, perutusan kita sebagai pengikut Kristus adalah membagikan kasih bersama saudara-saudari kita yang membutuhkan, khususnya mereka yang hidup di rutan. Jangan lupakan mereka yang terpenjara. Datanglah dan sambutlah mereka yang haus akan kasih dan cinta sesamanya agar mereka lebih giat memperjuangkan pertobatannya saat ini dan di masa depannya. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun