Mohon tunggu...
Frans Dione
Frans Dione Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan dan Pembicara

Pengajar dan Pembelajar Pemerintahan. Pengurus Pusat MIPI (Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Smart City" Amanat Konstitusi

15 Februari 2018   12:37 Diperbarui: 15 Februari 2018   12:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca judul di atas, barangkali ada yang berkomentar "judulnya terlalu lebay". Tapi ini bukan lebay, ini serius! Bacalah pembukaan UUD 1945 ternyata para founding fathers kita dulu memang sudah mempunyai visi membangun bangsa yang cerdas, pada alenia keempat tertulis dengan terang dan jelas "mencerdaskan kehidupan bangsa".Jauh sebelum kita mengembangkan berbagai macam konsep smartmereka sudah lebih dulu membangun gambaran mental tentang sebuah tata kelola kehidupan bangsa yang cerdas.

Dalam kacamata kita sekarang barangkali ini suatu hal yang biasa, tapi jika kita kembali ke masa lalu, mencoba hidup di masa itu, sekitar masa-masa pergerakan nasional dan perjuangan merebut kemerdekaan, ini adalah sesuatu yang luar biasa. Suatu masa ketika mesin ketik manual adalah barang mewah, dan telepon analog hanya ada di kantor-kantor para penjajah. 

Para Pendiri Bangsa telah memiliki visi yang jauh ke depan, melewati zaman. Mereka menyadari betul bahwa untuk membangun bangsa yang besar, perlu mencerdaskan kehidupan bangsa. Frasa "mencerdaskan kehidupan bangsa" menunjukkan sebuah dinamika dari elemen-elemen bangsa, saling mendukung satu sama lain, yang bekerja bersama-sama, sehingga membentuk kehidupan bangsa yang cerdas. Inilah visi para founding fathers kita. Sebuah visi yang tentu saja layak untuk terus kita perjuangkan!

Kini ketika kita mengenal konsep dan instrumen "smart city" misi untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi vital kembali. Berbagai literature menyebutkan bahwa "smart city"merujuk pada tiga dimensi utama yaitu teknologi, lingkungan dan manusia. Interaksi antara ketiganya merupakan dinamika kehidupan. Dinamika itu akan berjalan baik jika manusia yang merupakan aktor utamanya adalah manusia yang cerdas. Not the gun, but the man behind the gun!Cerdas bukan hanya dalam intelegensia tetapi juga dalam spiritualitas dan mentalitas.

Visi dan misi "cerdas" yang telah dilihat oleh para Pendahulu kita, kini dikembangkan dalam berbagai konsep termasuk dalam ranah smart city,sehingga tiga dimensi utama tersebut diturunkan lagi menjadi berbagai konsep seperti smart economy, smart mobility, smart governance, smart people, smart living, dan smart environment(Cohen, 2012). 

Berbagai konsep atau unsur tentu saja layak dikembangkan, tapi jangan lupakan! bahwa manusia adalah pengendalinya. Pengembangan kualitas sumber daya manusia harus menjadi prioritas apapun program pembangunan kita. Silakan kembangkan smart-smart yang lain tapi jangan lupakan manusia-nya. Begitupun dalam rangka mengembangkan kota cerdas yang telah dicanangkan Pemerintah. Darimana memulai? Mulailah dengan mencerdasakan rakyatnya, warganya. Ayo cerdaskan kehidupan bangsa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun