Untuk mengisi kevakuman pertandingan sepakbola yang bersifat jangka panjang, serta turnamen-turnamen yang sudah dilakukan seperti Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman sepertinya belum cukup bagi pemain dan klub, lebih-lebih tidak semua klub yang dilibatkan dalam turnamen tersebut. Membuat PT. Liga Indonesia yang selama ini sebagai operator kompetisi sepakbola Indonesia merencanakan menggelar turnamen atau kompetisi jangka panjang.
Atas gagasan tersebut pula, PT. Liga Indonesia melakukan pertemuan dengan klub-klub ISL pada akhir Desember 2015 kemaren, dan disepakati akan PT. Liga Indonesia bersama klub-klub dan Divisi Utama akan mennyelenggarakan turnamen atau kompetisi sepakbola yang bersifat jangka panjang yang rencananya dimulai pada Maret 2016.
Karena PSSI masih dalam status dibekukan pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, tentunya turnamen atau kompetisi yang digagas PT. Liga dan klub-klub ISL ini bersifat independen.
Selanjutnya sebagai operator kompetisi, PT. Liga Indonesia mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyukseskan rencana kompetisi tersebut, termasuk juga membuat surat rekomendasi ke BOPI, sayangnya BOPI belum bisa memberi izin kompetisi kepada PT. Liga Indonesia.
Dalam surat tertanggal 6 Januari 2016 tersebut, bahwa BOPI belum bisa memenuhi permintaan PT. Liga Indonesia karena masih ada syarat yang belum terpenuhi. Syarat yang belum terpenuhi yang dimaksud dalam surat balasan BOPI tersebut sangat mudah dimaknai yaitu “Harusnya PT. Liga Indonesia melibatkan Tim Transisi, dan bukan PSSI yang masih dalam status dibekukan”. Apalagi dalam surat keputusan Kemenpora menjelaskan, bahwa selama dalam status dibekukan, tugas PSSI diambil alih oleh Tim Transisi bentukan Kemenpora.
Atas ditolaknya rencana PT. Liga Indonesia menggelar kompetisi membuat Ketua APPI, Ponaryo Astaman merasa geram, terlebih polemik antara PSSI dengan Kemepora.
“Kita sebagai pemain merasa dipermainkan oleh mereka yang duduk anteng disana. Kami sudah cukup bersabar menungguh kepastian” ucap Ponaryo Astaman. Bahkan pemain yang kenyang pengalaman ini mengatakan “Menyayangkan sikap keras kepala PT. Liga Indonesia yang tidak mau memenuhi syarat dari pemerintah untuk berkoordinasi dengan Tim Transisi”.
Sayangnya tanpa disadari, bahwa perkataan dari Ponaryo Astaman bisa memicu berbagai anggapan terkait keberadaan APPI itu sendiri, karena APPI itu berafiliasi dengan FIFPro yang diakui FIFA, sementara keberadaan PSSI masih sah sebagai anggota FIFA, walaupun sedang dalam status disanksi. Jadi wajar saja PT.Liga Indonesia menembuskan surat kepada PSSI.
Karena gagasan PT. Liga Indonesia untuk menggelar kompetisi ditolak BOPI, ada baiknya Ponaryo Asataman sebagai Ketua APPI beserta pemain lainnya segera mendatangi Tim Transisi untuk meminta menyelenggarakan kompetisi. Disebabkan PT. Liga Indonesia telah ditolak BOPI, jadi Tim Transisi harus mencari operator lain seperti Mahaka Sport. Dengan adanya kompetisi, maka pemain tidak lagi dikontrak per turnamen. Apalagi menurut Kemenpora, peran PSSI sudah diambil alih oleh Tim Transisi, jadi sangat wajar kalau Ponarno Astaman dkk juga meminta kepada Tim Transisi agar menggelar kompetisi, setidaknya bekerjasama dengan operator lain diluar PT. Liga Indonesia.
Namun belumlah diminta, Tim Transisi mengisyaratkan tidak mampu menyelenggarakan kompetisi seperti yang diharapkan Ketua APPI, Ponaryo Asataman.
Menurut juru bicara Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto. Tim Transisi tidak mempunyai rencana menyelenggarakan kompetisi dan masih berharap dan masih mempercayakan PT. Liga Indonesia untuk menyelenggarakan kompetisi.