Mohon tunggu...
Frans Liu
Frans Liu Mohon Tunggu... freelancer -

Writer who love to express my mind through my words, I write anything which i thought it is supposed to.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergantian Tahun 2013 Ajang Pesta Bukan Refleksi Diri dan Tidak Mengedukasi

1 Januari 2014   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam Pergantian Tahun 2013 ke 2014 menjadi momentum yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua kalangan untuk menuju ke Tahun yang lebih baik, karena tahun 2013 dikatakan tahun yang sulit, apakah itu letak Angka 13 yang terletak dibelakang yang selalu dikatakan Angka Sial? Masih saat ini belum ada Penjelasan yang logis mengenai hal ini sama sekali.

Malam Pukul 22.00 pada malam tahun baru kemarin, begitu banyak kendaraan yang memadati jalanan Kota Pontianak untuk sekedar merayakan Malam Pergantian Tahun di luar. Malam pergantian tahun tidak ada Perubahan dari jaman jebot hingga saat ini. Perayaan yang sangat Hedonis dan berfoya-foya plus merusak kesehatan. Fenomena menarik, hingga Pukul 01.40 jalanan masih padat dan hasil keliling saya, membuka mata dan pikiran bahwa makna tahun baru sendiri tidak dipahami nilainya dan lebih kepada bagaimana mencari kesenangan diri yang tak akan ada habisnya. Anak-anak yang masih kecil pun dibonceng Orang tuanya hingga larut malam demi menyaksikan Pesta kembang Api, Anak kecil sudah diajak bagaimana bergadang dan besarnya akan terbiasakan untuk tidur larut malam.

Kemudian,Sepanjang jalan di Pontianak per kelurahan setidaknya 20-30 tempat dimana dibangun tempat Untuk berjogget dengan house music / Dangdutan dengan minuman si Jantan (Miras) ,suasana yang cukup membuat miris hati bagi mereka yang mengerti apa makna dari menyongsong tahun yang baru, dan beberapa tempat yang terlihat ada beberapa wanita yang asik bergoyang, apakah yang dipertontonkan, Kegilaan, rasa syukur atau latahnya mengikuti Perayaan tahun baru?
Pesta Tahun baru diikuti dengan meminum Miras juga berefek kehilangan kesadaran sehingga mudah sekali memancing emosi dan cepat membuat persinggungan. Arak / minuman Alkohol sebenarnya jika diminum sedikit hanya untuk memperlancar darah dan memanaskan tubuh di waktu hari dingin di negara barat.

Jutaan Kembang Api yang Hargnya mahal per bungkus Ratusan ribu rupiah, setidaknya berapa bungkus yang dibeli untuk menambah Hiruk Pikuk Semarak Pergantian Tahun yang menelan Jumlah yang tak sedikit, jika Per orang / Induvidu mengeluarkan 2 juta rupiah untuk Kembang Api dan petasan berapa duit yang terbuang dan dibakar sia-sia dan menambah Polusi dimana-mana. Permainan Petasan dan Kembang Air setidaknya sudah menghabiskan berapa ratus juta yang terbakar dalam kisaran satu jam hingga pergantian tahun.

Konvoi Para Remaja (ABG) yang urak-urakan di jalan,yang katanya menambah ke ramaian, malah menambah macet dan menambah Polusi suara yang berlebihan, Memakai kendaraan semau Udelnya, dan ada yang tidak menggunakan Helm SNI.
Di Denpasar sendiri akibat Konvoi urak-urak menelan 6 Korban akibat kecelakaan,ya mungkin ini disebut tahun baru.

Apakah yang dimaksud dengan Pergantian Tahun? Apakah pesta pora? Bakar duit dengan membeli petasan dan Kembang Api? Dan mabuk-mabukan maupun sex?

Sikap ini Jelas salah, Tahun baru merupakan Refleksi diri untuk menyongsong tahun yang akan datang dengan merenungkan perbuatan satu tahun, mengingat apa yang belum tercapai dan merenungkan betapa Luar biasanya Perbuatan Tuhan dan penyertaannya di dalam kehidupan kita dan cara kita untuk terus maju dan bertumbuh di dalam Iman. Dimana Refleksi diri diperlukan untuk menyiapkan diri dalam menghadapi Tantangan dan rintangan untuk menggenggam peluang yang ada.
Sekitar pukul 01.03 saya juga terkejut sekaligus senang ada yang berani tampil beda dengan turun ke jalan dengan Pick up menyanyikan senandung religi dari teman-teman muslim yang terdapat belasan orang di dalam pick up sendiri.
Saya dan keluarga sendiri lebih memilih untuk beribadah dan makan bersama dibanding pesta berlebihan,karena kita memilih untuk mempersiapkan diri baik secara mental dan spiritual dalam tahun 2014.

Pesta Pora sebenarnya, sah saja jika tidak berlebihan dengan berkumpul bersama keluarga saling menikmati makan malam di restoran ataupun di rumah, Karaoke bersama keluarga dan menampilkan foto perjalanan kebersamaan keluarga dari tahun ke tahun dan lain lain, dan ini akan lebih bermakna, dibanding membakar petasan yang berefek polusi serta menghabiskan duit dalam sekejap,pesta Miras yang menimbulkan pertikaian jika terlalu mabuk, dan sex bebas. Ini kembali ke masing-masing individual bagaimana cara kita menyongsong tahun yang baru dengan lebih baik bukan makin rusak.
Written by Frans Liu @John14v1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun