beras masih menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Kendati demikian, produktivitas padi di Indonesia masih terbilang rendah. Bahkan, pemerintah menugaskan Bulog mengimpor 2,5 juta ton beras untuk mengamankan cadangan dalam negeri tahun 2023.Â
Hingga saat ini,Kabupaten Bogor sendiri termasuk daerah yang mayoritas masyarakatnya mengonsumsi beras sebagai pemenuh kebutuhan karbohidrat.Â
Meskipun bukan penghasil beras terbesar di Indonesia maupun Jawa Barat, Kabupaten Bogor cukup produktif dalam menghasilkan beras yaitu rata-rata sebanyak 6,2 ton per hektar pada tahun 2021. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata nasional pada tahun yang sama yaitu 5,4 ton. Salah satu kecamatan paling produktif di Kabupaten Bogor yaitu Pamijahan dengan rata-rata pada tahun 2021 yaitu 6,4 ton per hektar.Â
Produktivitas tersebut diharapkan terus berlanjut, terlebih di masa kemarau ini yang mengakibatkan banyaknya kegagalan panen. Kecamatan Pamijahan memiliki potensi untuk menjaga produktivitas tersebut di antaranya dengan lancarnya irigasi. Berdasarkan wawancara penulis, beberapa tokoh kelompok tani di Kecamatan Pamijahan mengakui bahwa air di daerah mereka masih melimpah di saat daerah lain mengalami kekeringan.Â
Selain menghasilkan beras dengan kuantitas yang tinggi, Kecamatan Pamijahan juga konsisten memproduksi beras berkualitas. Hal tersebut ditunjukkan oleh kerapnya pemerintah daerah melalui Pasar Daerah Pasar Tohaga meminta suplai beras untuk kebutuhan ASN. Perlu diketahui bahwa pasokan beras untuk ASN harus memiliki kualitas minimal medium. Selain itu juga harus memenuhi standar uji klorin dan pestisida dari Dinas Ketahanan Pangan.
Dalam proses budidayanya, petani di Kecamatan Pamijahan didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang dibawahi oleh Balai Penyuluh Pertanian Wilayah IV.Â
Salah satu faktor yang memengaruhi hasil produksi beras, baik secara kuantitas maupun kualitas, yaitu penggunaan teknologi. Beberapa teknologi di antaranya yaitu benih, mesin bajak, dan mesin penggiling. Pada teknologi benih sendiri, salah satu gapoktan di Kecamatan Pamijahan yaitu Gapoktan Purwabakti mengaku pernah menggunakan benih kualitas tinggi, tetapi kemudian beralih ke kualitas di bawahnya yang dipakai saat ini disebabkan harganya yang relatif mahal karena terbatasnya subsidi pemerintah. Kemudian pada teknologi mesin bajak, meskipun pemerintah sudah menawarkan bantuan mobil traktor, petani masih menggunakan hand tractor disebabkan kontur lahan yang tidak memungkinkan untuk menggunakan teknologi canggih tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H