Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Banyak Lahan Pertanian yang Belum Merasakan Irigasi yang Baik

27 Januari 2025   16:01 Diperbarui: 27 Januari 2025   16:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sawah, pertanian. (PIXABAY/ERLIANZAKIA) 

Ketika berbicara tentang ketahanan pangan, perhatian sering kali tertuju pada produktivitas pertanian, ketersediaan pupuk, atau inovasi teknologi. Namun, ada satu hal mendasar yang sering terabaikan: irigasi. Di balik sederet pencapaian Indonesia sebagai negara agraris, tersembunyi sebuah ironi bahwa banyak lahan pertanian di berbagai daerah belum mendapatkan akses irigasi yang memadai. Situasi ini menghambat potensi besar yang sebenarnya dimiliki sektor pertanian kita.

Bagi sebagian besar petani di Indonesia, air bukan sekadar kebutuhan, tetapi kehidupan itu sendiri. Air mengalir melalui setiap tanaman, memberikan nutrisi dan memastikan hasil panen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan jutaan rakyat. Tetapi, apa jadinya jika air, elemen utama dalam pertanian, justru menjadi barang langka bagi mereka yang menggantungkan hidup di atas tanah sawah dan ladang?

Kondisi Irigasi Lahan Pertanian di Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 7,46 juta hektare lahan sawah yang berperan penting dalam produksi padi nasional. Namun, menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hanya sekitar 55% lahan pertanian yang memiliki sistem irigasi teknis. Sisanya, bergantung pada irigasi tradisional atau bahkan hanya mengandalkan hujan. Hal ini menunjukkan kesenjangan besar dalam infrastruktur dasar yang seharusnya menjadi prioritas utama di sektor agrikultur.

Kondisi ini lebih mencolok di daerah-daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, di mana infrastruktur irigasi sangat minim. Di wilayah-wilayah ini, petani harus berjuang keras untuk memastikan tanaman mereka mendapat cukup air, sering kali dengan cara menggali sumur tradisional atau mengangkut air secara manual dari sumber yang jauh. Tidak jarang, usaha keras tersebut tidak cukup untuk mengatasi tantangan iklim yang semakin tidak menentu.

Sistem irigasi tradisional, yang biasanya berupa saluran tanah sederhana, memiliki banyak keterbatasan. Selain kapasitasnya yang terbatas, saluran ini juga rentan terhadap kebocoran, sedimentasi, dan penurunan fungsi akibat minimnya perawatan. Akibatnya, distribusi air menjadi tidak merata, dan lahan-lahan yang berada di ujung saluran sering kali tidak mendapatkan pasokan air yang cukup.

Dampak Kekurangan Irigasi yang Memadai

Kekurangan irigasi yang baik membawa dampak yang luas, tidak hanya pada produktivitas pertanian tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi petani. Ketergantungan pada hujan menjadikan petani sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ketika musim kemarau datang lebih awal atau berlangsung lebih lama dari biasanya, banyak petani mengalami gagal panen.

Gagal panen berarti pendapatan petani menurun drastis, bahkan tidak jarang mereka terjerat utang karena harus membeli benih dan pupuk untuk musim tanam berikutnya. Situasi ini menciptakan lingkaran kemiskinan yang sulit diputus. Di sisi lain, keterbatasan hasil panen juga berdampak pada stabilitas harga pangan di pasar, yang pada akhirnya merugikan konsumen.

Selain itu, lahan pertanian yang kurang teririgasi juga menghadapi risiko degradasi tanah. Tanpa pasokan air yang memadai, tanah menjadi kering dan kehilangan kesuburannya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengurangi daya dukung lahan, sehingga produksi pertanian semakin menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun