Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

E-Commerce Mengubah Budaya Belanja Masyarakat Kita

15 Januari 2025   17:45 Diperbarui: 15 Januari 2025   17:45 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja Online.Pixabay.com/Preis_King 

Dampak Sosial dari Pergeseran Budaya Belanja

E-commerce juga membawa dampak besar terhadap dinamika sosial masyarakat. Salah satu yang paling mencolok adalah berkurangnya interaksi antarindividu dalam transaksi sehari-hari. Jika sebelumnya pasar tradisional menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk berinteraksi, kini pengalaman tersebut perlahan memudar.

Interaksi yang terjalin melalui e-commerce cenderung bersifat transaksional dan minim emosi. Konsumen berkomunikasi dengan penjual melalui chat yang singkat, tanpa sentuhan personal. Bahkan, kepercayaan konsumen kini lebih bergantung pada ulasan dan rating produk daripada hubungan langsung dengan penjual. Hal ini mengubah cara masyarakat membangun kepercayaan dan menilai kualitas barang atau jasa.

Di sisi lain, platform e-commerce juga melahirkan fenomena baru, yaitu meningkatnya peran influencer dalam memengaruhi keputusan belanja. Banyak konsumen yang menjadikan rekomendasi influencer di media sosial sebagai panduan utama mereka. Fenomena ini menciptakan pola konsumsi yang lebih berbasis tren daripada kebutuhan, yang pada akhirnya mendorong budaya konsumtif.

Dampak Ekonomi yang Meluas

Di bidang ekonomi, e-commerce telah menciptakan peluang besar bagi banyak pihak, terutama para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM). Melalui platform digital, UMKM dapat menjangkau pasar yang jauh lebih luas tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk menyewa tempat fisik. Hal ini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi pengusaha, asalkan memiliki produk yang bisa dipasarkan secara online.

Namun, dampak ini tidak selalu positif. Banyak toko fisik yang mengalami penurunan pendapatan karena tidak mampu bersaing dengan e-commerce. Beberapa bahkan terpaksa tutup karena tingginya preferensi konsumen terhadap belanja online. Sektor ritel tradisional menjadi salah satu yang paling terdampak oleh perubahan ini.

Selain itu, munculnya e-commerce juga berdampak pada tenaga kerja. Meski menciptakan lapangan kerja baru seperti kurir pengiriman atau customer service digital, ada banyak pekerjaan konvensional yang tergantikan. Sebagai contoh, beberapa peran di toko fisik menjadi tidak relevan lagi karena pergeseran ke digital.

Budaya Konsumtif yang Semakin Menguat

Salah satu tantangan terbesar yang muncul dari e-commerce adalah meningkatnya budaya konsumtif. Kemudahan berbelanja yang ditawarkan e-commerce, ditambah dengan berbagai diskon, cashback, dan promo menarik, sering kali membuat konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Sebagai contoh, banyak konsumen yang tergoda oleh penawaran flash sale, di mana produk dijual dengan harga sangat murah dalam waktu terbatas. Kondisi ini menciptakan urgensi yang mendorong konsumen untuk membeli barang secara impulsif, tanpa mempertimbangkan manfaat atau kebutuhan sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun