Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Indonesia Belum Mampu Bersaing Secara Global?

10 Januari 2025   15:51 Diperbarui: 10 Januari 2025   15:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Para pencari kerja antre saat mengikuti pameran bursa kerja.(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, merupakan salah satu negara dengan sumber daya manusia (SDM) terbesar di dunia. Dalam konteks ini, SDM bukan hanya soal jumlah, tetapi juga tentang potensi yang tersimpan di dalamnya. Bonus demografi yang terjadi saat ini menempatkan Indonesia dalam posisi strategis: mayoritas penduduk berada di usia produktif. Namun, ketika dunia semakin kompetitif, kenyataannya Indonesia belum mampu menunjukkan daya saing global yang signifikan. Mengapa keunggulan ini justru seperti beban yang sulit dimanfaatkan secara optimal?

Ironi di Balik Bonus Demografi

Bonus demografi adalah istilah yang mengacu pada situasi ketika penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia nonproduktif. Situasi ini biasanya memberikan keuntungan besar bagi negara-negara yang mampu memanfaatkannya. Sayangnya, Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mengubah potensi ini menjadi kekuatan nyata.

Salah satu penyebab utamanya adalah kualitas SDM yang belum memadai. Jika kita bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, atau Vietnam, kualitas pendidikan, keterampilan, dan produktivitas tenaga kerja Indonesia masih jauh tertinggal. Data dari World Bank (2022) menunjukkan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya mencapai 23% dari produktivitas tenaga kerja Amerika Serikat. Angka ini menggambarkan betapa jauh kita tertinggal dalam menghasilkan nilai ekonomi yang optimal dari SDM yang ada.

Pendidikan yang Belum Mendukung Kebutuhan Global

Pendidikan adalah kunci utama dalam membangun kualitas SDM. Namun, sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan mendasar. Kurikulum yang digunakan sering kali tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja, terutama di era digital yang serba cepat ini.

Misalnya, laporan dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains berada di bawah rata-rata global. Padahal, kompetensi ini adalah fondasi utama dalam menciptakan SDM yang mampu berpikir kritis dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Selain itu, akses pendidikan yang tidak merata menjadi masalah serius. Di wilayah terpencil, banyak sekolah yang masih kekurangan fasilitas dasar seperti buku, laboratorium, bahkan guru yang berkualitas. Ketimpangan ini menciptakan kesenjangan besar dalam kualitas SDM di berbagai daerah.

Minimnya Keterampilan dan Pelatihan Khusus

Ketika dunia bergerak menuju era industri 4.0, keterampilan khusus seperti penguasaan teknologi, analisis data, dan kemampuan berpikir kreatif menjadi sangat penting. Namun, Indonesia masih kekurangan tenaga kerja dengan keahlian semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun