Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Anak di Zaman Modern yang Tida Disadari

9 Januari 2025   14:58 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak.Pixabay.com/Bessi 

Banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak yang terus-menerus ditekan untuk berprestasi cenderung mengalami kecemasan, stres, bahkan depresi. Mereka sering kali merasa bahwa nilai diri mereka ditentukan oleh angka atau penghargaan yang mereka peroleh. Akibatnya, mereka kehilangan semangat belajar dan merasa terasing dari dunia sekitarnya.

Sebagai contoh, seorang anak yang dipaksa mengikuti berbagai ujian tambahan demi masuk ke sekolah favorit mungkin kehilangan kesempatan untuk bermain dengan teman-temannya. Padahal, interaksi sosial dan waktu bermain sangat penting untuk perkembangan emosi dan kreativitas anak.

Eksploitasi di Sektor Ekonomi

Meski hukum di banyak negara, termasuk Indonesia, melarang pekerja anak, praktik ini masih terus berlangsung, terutama di sektor informal. Banyak anak yang dilibatkan dalam pekerjaan keluarga, seperti membantu di pasar atau menjajakan dagangan di jalanan.

Dalam beberapa kasus, anak-anak terpaksa bekerja karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Namun, sering kali mereka harus mengorbankan pendidikan demi membantu menopang keuangan keluarga. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang, yang pada akhirnya menghambat potensi mereka di masa depan.

Laporan dari International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa meskipun angka pekerja anak secara global menurun, sektor informal tetap menjadi wilayah abu-abu yang sulit diawasi. Di Indonesia, banyak anak yang masih ditemukan bekerja sebagai buruh tani, pemulung, atau penjual keliling. Kondisi ini tidak hanya melanggar hak anak, tetapi juga membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka.

Dampak Jangka Panjang

Eksploitasi anak, dalam bentuk apa pun, memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan, kehilangan privasi, atau dipaksa bekerja di usia dini cenderung menghadapi berbagai masalah di kemudian hari.

Secara psikologis, mereka mungkin mengalami trauma, kehilangan rasa percaya diri, atau kesulitan membangun hubungan sosial. Secara fisik, pekerjaan yang berat atau tidak layak bisa merusak kesehatan mereka. Selain itu, anak-anak yang kehilangan kesempatan pendidikan akan kesulitan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, menciptakan siklus yang terus berulang.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk mengatasi eksploitasi anak di zaman modern, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran. Orang tua, pendidik, dan masyarakat umum perlu memahami bahwa eksploitasi tidak selalu hadir dalam bentuk yang ekstrem. Kadang, eksploitasi terlihat seperti sesuatu yang "normal" atau bahkan diterima secara sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun