Banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak yang terus-menerus ditekan untuk berprestasi cenderung mengalami kecemasan, stres, bahkan depresi. Mereka sering kali merasa bahwa nilai diri mereka ditentukan oleh angka atau penghargaan yang mereka peroleh. Akibatnya, mereka kehilangan semangat belajar dan merasa terasing dari dunia sekitarnya.
Sebagai contoh, seorang anak yang dipaksa mengikuti berbagai ujian tambahan demi masuk ke sekolah favorit mungkin kehilangan kesempatan untuk bermain dengan teman-temannya. Padahal, interaksi sosial dan waktu bermain sangat penting untuk perkembangan emosi dan kreativitas anak.
Eksploitasi di Sektor Ekonomi
Meski hukum di banyak negara, termasuk Indonesia, melarang pekerja anak, praktik ini masih terus berlangsung, terutama di sektor informal. Banyak anak yang dilibatkan dalam pekerjaan keluarga, seperti membantu di pasar atau menjajakan dagangan di jalanan.
Dalam beberapa kasus, anak-anak terpaksa bekerja karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Namun, sering kali mereka harus mengorbankan pendidikan demi membantu menopang keuangan keluarga. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang, yang pada akhirnya menghambat potensi mereka di masa depan.
Laporan dari International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa meskipun angka pekerja anak secara global menurun, sektor informal tetap menjadi wilayah abu-abu yang sulit diawasi. Di Indonesia, banyak anak yang masih ditemukan bekerja sebagai buruh tani, pemulung, atau penjual keliling. Kondisi ini tidak hanya melanggar hak anak, tetapi juga membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka.
Dampak Jangka Panjang
Eksploitasi anak, dalam bentuk apa pun, memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan, kehilangan privasi, atau dipaksa bekerja di usia dini cenderung menghadapi berbagai masalah di kemudian hari.
Secara psikologis, mereka mungkin mengalami trauma, kehilangan rasa percaya diri, atau kesulitan membangun hubungan sosial. Secara fisik, pekerjaan yang berat atau tidak layak bisa merusak kesehatan mereka. Selain itu, anak-anak yang kehilangan kesempatan pendidikan akan kesulitan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, menciptakan siklus yang terus berulang.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi eksploitasi anak di zaman modern, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran. Orang tua, pendidik, dan masyarakat umum perlu memahami bahwa eksploitasi tidak selalu hadir dalam bentuk yang ekstrem. Kadang, eksploitasi terlihat seperti sesuatu yang "normal" atau bahkan diterima secara sosial.