Ketika dunia perlahan mulai pulih dari dampak pandemi COVID19, perhatian publik kembali terguncang oleh kabar munculnya Human Metapneumovirus atau HMPV. Virus ini dilaporkan tengah mengalami lonjakan kasus di beberapa negara, khususnya pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Pertanyaan pun bermunculan: Apakah virus ini memiliki potensi ancaman global seperti COVID-19? Untuk memahami masalah ini secara mendalam, mari kita telaah apa itu HMPV, dampaknya, serta bagaimana dunia merespons ancaman ini.
Mengenal Human Metapneumovirus
Human Metapneumovirus pertama kali diidentifikasi oleh peneliti asal Belanda pada tahun 2001. Meski terbilang baru dalam dunia virologi, virus ini sebenarnya telah ada sejak lama dan diyakini telah beredar di kalangan manusia selama lebih dari 50 tahun. Virus ini termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae, yaitu kelompok virus yang juga mencakup penyebab penyakit seperti campak, parainfluenza, dan virus Nipah.
HMPV menyerang saluran pernapasan dan sering kali menyebabkan gejala yang menyerupai flu biasa. Gejala-gejala yang umum dilaporkan meliputi batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan pada beberapa kasus, sesak napas. Infeksi ini lebih sering terjadi pada musim dingin atau penghujung musim hujan, bersamaan dengan lonjakan kasus penyakit pernapasan lainnya.
Namun, meskipun sebagian besar infeksi HMPV tergolong ringan, kasus berat dapat terjadi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti bayi, lansia, dan penderita penyakit kronis. Beberapa komplikasi yang dilaporkan mencakup pneumonia, bronkiolitis, hingga kegagalan pernapasan.
Mengapa HMPV Mendadak Menjadi Sorotan?
Lonjakan perhatian terhadap HMPV dipicu oleh laporan peningkatan jumlah kasus di berbagai negara. Rumah sakit melaporkan lebih banyak pasien dengan infeksi pernapasan yang didiagnosis terpapar HMPV, sementara laboratorium kesehatan mencatat peningkatan deteksi virus ini dalam uji klinis. Hal ini memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama mengingat trauma kolektif yang masih segar akibat pandemi COVID19.
Salah satu faktor yang membuat virus ini menjadi sorotan adalah pola penyebarannya. Sama seperti SARS-CoV-2, HMPV menyebar melalui droplet, yakni percikan kecil yang dihasilkan saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan penularan. Ini menjadikan lingkungan yang padat, seperti sekolah, pusat penitipan anak, atau panti jompo, sebagai tempat berisiko tinggi.
Apakah HMPV Berpotensi Menjadi Pandemi?
Meski ada kekhawatiran, para ahli menilai bahwa potensi HMPV untuk memicu pandemi global seperti COVID-19 relatif kecil. Ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, tingkat penularan HMPV tidak secepat SARS-CoV-2. Virus ini memerlukan kontak yang lebih dekat untuk menyebar, berbeda dengan COVID19 yang juga bisa menyebar melalui aerosol kecil di udara.