Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memilah Keinginan dan Kebutuhan untuk Keuangan yang Lebih Baik di Tahun 2025

31 Desember 2024   11:46 Diperbarui: 31 Desember 2024   11:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Daftar Keuangan.Freepik.com

Tahun 2025 membawa kita ke era baru yang penuh peluang sekaligus tantangan dalam pengelolaan keuangan. Di tengah perkembangan teknologi dan gaya hidup yang semakin modern, kemampuan untuk memilah keinginan dan kebutuhan menjadi semakin penting. Meski terdengar sederhana, kenyataannya, banyak orang yang masih kesulitan membedakan antara hal yang diinginkan dan yang benar-benar dibutuhkan. Kebiasaan ini sering kali berujung pada masalah finansial, mulai dari utang yang menumpuk hingga ketidakmampuan untuk menabung atau berinvestasi.

Mengapa memilah keinginan dan kebutuhan menjadi isu krusial? Sebab, tanpa pemahaman yang jelas, kamu bisa terjebak dalam pola hidup konsumtif yang hanya membawa kesenangan sesaat tetapi meninggalkan beban finansial di kemudian hari. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai perbedaan mendasar antara keinginan dan kebutuhan, tantangan yang dihadapi dalam memisahkan keduanya, serta langkah konkret untuk memastikan kamu dapat mengelola keuangan dengan lebih bijaksana.

Memahami Keinginan dan Kebutuhan secara Mendalam

Keinginan adalah sesuatu yang sifatnya opsional, bukan hal yang mendesak atau penting bagi kelangsungan hidup. Contohnya adalah membeli pakaian bermerek yang mahal meskipun pakaian biasa sudah cukup memadai, atau mengganti ponsel yang masih berfungsi hanya karena model terbaru terlihat lebih menarik.

Sebaliknya, kebutuhan adalah segala hal yang esensial untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Ini mencakup kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, tempat tinggal yang layak, pendidikan, dan akses kesehatan. Memenuhi kebutuhan adalah prioritas utama karena berkaitan langsung dengan kualitas hidupmu.

Namun, garis pemisah antara keinginan dan kebutuhan sering kali menjadi kabur, terutama karena pengaruh gaya hidup modern. Media sosial, misalnya, memainkan peran besar dalam menciptakan ilusi bahwa memiliki barang tertentu adalah suatu keharusan. Iklan-iklan yang agresif juga sering membungkus keinginan sebagai kebutuhan, sehingga memicu dorongan impulsif untuk membeli.

Tantangan dalam Memilah Keinginan dan Kebutuhan

Tantangan terbesar dalam memilah keinginan dan kebutuhan adalah kemampuan untuk menahan diri. Manusia pada dasarnya cenderung mencari kepuasan instan. Ketika melihat barang yang menarik atau mendapati promo besar-besaran, keinginan untuk segera membeli sering kali lebih kuat daripada logika.

Selain itu, tekanan sosial juga menjadi faktor signifikan. Di era digital, ada tuntutan untuk tampil sempurna di media sosial, yang sering kali mendorong seseorang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Misalnya, membeli pakaian mahal hanya untuk dipamerkan di foto, atau mengikuti tren teknologi terbaru agar tidak merasa ketinggalan zaman.

Faktor psikologis lainnya adalah adanya rasa puas sesaat setelah membeli sesuatu. Belanja sering dianggap sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri setelah bekerja keras. Padahal, jika dilakukan tanpa perencanaan, kebiasaan ini bisa mengakibatkan ketidakseimbangan finansial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun