Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen Alfa Kecanduan Game Online, Apa Dampaknya?

30 Desember 2024   18:34 Diperbarui: 30 Desember 2024   18:34 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Bermain Game Online . Pixabay.com/Vika_Glitter 

Generasi Alfa, atau yang sering disebut Gen Alfa, adalah kelompok generasi yang lahir sejak tahun 2010 ke atas. Mereka merupakan generasi pertama yang sejak lahir sudah dikelilingi oleh teknologi digital. Kehidupan mereka erat kaitannya dengan perangkat pintar seperti smartphone, tablet, dan komputer. Kehadiran teknologi ini tentu memberikan banyak kemudahan sekaligus tantangan dan masalah, salah satunya adalah masalah yang terjadi saat ini adalah kecanduan game online.

Kecanduan game online pada Gen Alfa bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Data dari berbagai penelitian menunjukkan peningkatan jumlah anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan untuk bermain game, baik itu game di perangkat konsol, komputer, maupun ponsel pintar. Tulisan ini akan menggali lebih dalam mengenai masalah ini, menjelaskan penyebab, efek, serta bagaimana cara terbaik untuk mengatasi fenomena ini.

Apa Itu Kecanduan Game Online dan Mengapa Gen Alfa Rentan?

Kecanduan game online, atau yang dikenal secara klinis sebagai gaming disorder, diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu gangguan kesehatan mental. Seseorang dikategorikan mengalami kecanduan game online jika kebiasaan bermain game mereka tidak terkendali, berlangsung selama setidaknya satu tahun, dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Pada Gen Alfa, ada beberapa alasan yang membuat mereka lebih rentan terhadap kecanduan game online dibandingkan generasi sebelumnya. Salah satunya adalah desain game modern yang sangat adiktif. Game saat ini dirancang dengan mekanisme penghargaan yang terus-menerus memicu rasa puas, seperti mencapai level baru, mendapatkan item langka, atau memenangkan pertandingan. Efek ini membuat otak anak-anak, yang masih dalam tahap perkembangan, sulit untuk menahan godaan untuk terus bermain.

Faktor lain yang membuat Gen Alfa rentan adalah lingkungan mereka yang sangat mendukung penggunaan teknologi. Sebagian besar anak di generasi ini tumbuh dalam keluarga yang memiliki akses luas ke internet dan perangkat pintar. Tak jarang, perangkat seperti tablet diberikan kepada anak sejak usia dini sebagai sarana hiburan. Hal ini menciptakan kebiasaan yang sulit diubah ketika anak mulai menganggap teknologi, termasuk game, sebagai kebutuhan utama.

Efek Kecanduan Game Online  pada Gen Alfa

Dampak kecanduan game online pada Gen Alfa sangat luas dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka. Efek ini tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga mencakup perkembangan emosional, sosial, dan akademik.

Salah satu dampak paling nyata adalah gangguan kesehatan fisik. Anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam bermain game sering kali memiliki pola hidup yang tidak sehat. Mereka cenderung kurang bergerak, mengabaikan waktu makan, atau bahkan tidur larut malam demi menyelesaikan level tertentu dalam game. Akibatnya, banyak anak yang mengalami obesitas, kelelahan kronis, atau bahkan masalah pada mata akibat terlalu lama menatap layar.

Namun, dampak kecanduan game online tidak hanya bersifat fisik. Perkembangan emosional Gen Alfa juga terpengaruh. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang kecanduan game cenderung lebih mudah merasa cemas atau marah ketika tidak bisa bermain. Hal ini terutama terjadi pada game yang kompetitif, di mana tekanan untuk menang sering kali membuat pemain merasa stres. Lebih buruk lagi, beberapa game yang mengandung unsur kekerasan dapat memengaruhi cara berpikir anak, membuat mereka lebih agresif atau kurang empati terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun