Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Pengaruh Media Sosial terhadap Remaja

28 Desember 2024   13:28 Diperbarui: 28 Desember 2024   13:28 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Media Sosial dan Remaja. Pixabay.com/Erik_Lucatero 

Media sosial kini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat modern. Khususnya bagi remaja, media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga medium yang membentuk cara mereka berinteraksi, belajar, bahkan memandang dunia. Namun, seiring dengan manfaat yang ditawarkannya, media sosial juga menghadirkan berbagai tantangan yang kompleks. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada aspek sosial, tetapi juga mencakup kesehatan mental, emosional, hingga pola pikir.

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang bagaimana media sosial memengaruhi kehidupan remaja, menyajikan bukti-bukti faktual, serta mengupas solusi untuk memanfaatkan teknologi ini secara bijak.

Transformasi Pola Interaksi Remaja di Era Digital

Dunia remaja saat ini sangat berbeda dibandingkan satu atau dua dekade lalu. Media sosial telah mengubah cara mereka berkomunikasi dan menjalin hubungan. Jika dahulu interaksi remaja terbatas pada pertemuan fisik di sekolah atau lingkungan sekitar, kini media sosial memungkinkan mereka berhubungan dengan teman dari berbagai daerah, bahkan lintas negara.

Penelitian dari Pew Research Center pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 95% remaja menggunakan media sosial secara aktif. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat menjadi ruang utama untuk berbagi cerita, pengalaman, dan ekspresi diri. Kemudahan ini tentu saja membawa dampak positif. Sebagai contoh, seorang remaja yang memiliki hobi tertentu dapat bergabung dalam komunitas online yang mendukung minatnya, tanpa batasan geografis.

Namun, di sisi lain, pola interaksi ini tidak selalu sehat. Ketergantungan pada media sosial kerap membuat remaja lebih nyaman berkomunikasi di dunia maya dibandingkan dunia nyata. Akibatnya, mereka kurang mengembangkan keterampilan sosial secara langsung, seperti membaca bahasa tubuh atau menangkap emosi dari intonasi suara lawan bicara.

Tekanan Sosial yang Tersembunyi di Balik Layar

Salah satu aspek penting yang perlu dikaji adalah bagaimana media sosial menciptakan tekanan sosial pada remaja. Di balik unggahan foto sempurna atau video yang viral, terdapat standar tertentu yang sering kali sulit dicapai. Standar ini mencakup penampilan fisik, gaya hidup, hingga popularitas.

Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Adolescent Health, banyak remaja merasa tertekan untuk menunjukkan citra diri yang ideal di media sosial. Mereka merasa harus tampil menarik, memiliki kehidupan yang seru, atau mengikuti tren tertentu agar diterima dalam lingkungannya. Fenomena ini tidak hanya menciptakan kecemasan, tetapi juga berpotensi memicu gangguan makan, depresi, dan perasaan rendah diri.

Bukti nyata dapat ditemukan dalam meningkatnya kasus body dysmorphic disorder (BDD) di kalangan remaja. Banyak dari mereka yang membandingkan tubuhnya dengan figur-figur yang terlihat sempurna di media sosial, padahal sering kali citra tersebut telah melalui proses penyuntingan digital. Akibatnya, remaja kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak cukup baik dalam versi aslinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun